JAKARTA - Filipina telah menyuarakan keprihatinan atas gangguan yang dilakukan kapal-kapal China yang menargetkan kapal-kapal nelayan mereka di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Laut China Selatan. Gangguan ini terjadi sejak beberapa pekan terakhir, termasuk sebelum latihan militer gabungan bersama negara-negara sekutunya di kawasan, menurut laporan Al Jazeera.
Menurut Juru Bicara Penjaga Pantai Filipina Jay Tarriela, dua kapal penjaga pantai China terlibat dalam apa yang ia gambarkan sebagai "pelecehan" terhadap kapal penangkap ikan Filipina di dekat terumbu Iroquois pada 4 April.
Mengutip dari The Print pada Jumat (12/4/2024), Tarriela mencatat bahwa kapal-kapal China bahkan melakukan simulasi kesiapan menggunakan meriam air, sehingga mengintimidasi para nelayan Filipina. Ia mengaitkan tindakan agresif tersebut dengan apa yang ia sebut sebagai "keserakahan" dan klaim China yang tidak berdasar atas wilayah perairan tersebut berdasarkan batas wilayah yang disengketakan.
Menyoroti letak geografisnya, Tarriela menegaskan, peristiwa tersebut terjadi jauh di ZEE Filipina, khususnya di Rozul Reef, sekira 128 mil laut lepas Palawan. Mengacu pada wilayah di ZEE-nya sebagai Laut Filipina Barat, Tarriela menekankan kedaulatan Filipina atas wilayah tersebut, lapor Al Jazeera.
Ketegangan antara Filipina dan China telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dengan sejumlah laporan terjadinya kontak di lapangan, termasuk kejadian yang melibatkan penggunaan meriam air. Konfrontasi ini sering kali berkisar pada sengketa terumbu karang di Laut China Selatan yang kaya sumber daya.
Sejak menjabat pada 2022, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. telah berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), sembari mengambil sikap tegas terhadap dugaan agresi China. Dia sebelumnya menyatakan niat Filipina untuk mengambil tindakan balasan menyusul konfrontasi yang mengakibatkan cederanya personel Filipina dan kerusakan kapal.
Dalam upaya meningkatkan kerja sama regional dan melawan ketegasan China, Filipina menjadi tuan rumah latihan angkatan laut dan udara bersama dengan AS, Jepang, dan Australia di wilayah yang diperebutkan. Latihan ini, yang berlangsung pada 7 April lalu, bertujuan menunjukkan komitmen kolektif terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan kepala pertahanan negara-negara peserta.
Selain itu, pertemuan puncak trilateral antara Presiden AS Joe Biden, Presiden Marcos Jr, dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Washington, DC, menggarisbawahi pentingnya upaya kolaboratif di kawasan ini.
Meski rincian latihan tersebut tidak diungkapkan sepenuhnya, kedutaan besar Jepang di Manila mengonfirmasi dimasukkannya "pelatihan perang anti-kapal selam." Di saat China menuduh Filipina sebagai pihak yang meningkatkan ketegangan, para pejabat tinggi AS telah menegaskan kembali komitmen teguh mereka untuk membela Filipina dari segala agresi bersenjata di Laut China Selatan.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menekankan pentingnya kegiatan bersama dengan sekutu, menekankan komitmen bersama untuk menegakkan hukum internasional, dan memastikan kebebasan navigasi di kawasan, lapor Al Jazeera.
(Rahman Asmardika)