Tujuannya kata Alie, supaya identitasnya tidak diketahui Belanda. Karena saat itu memang ia melakukan penyamaran menghindari pengejaran Belanda pasca bergabung dalam pasukan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa.
Tokoh agama itu lantas menetap di sebuah desa yang kini masuk Kabupaten Blitar, bernama Desa Jugo, yang kini masuk Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, atau berlokasi di barat dari makam beliau saat ini. Di situlah Eyang Djoego mendirikan sebuah padepokan dan menyebarkan agama Islam, dimana salah satu muridnya adalah Raden Mas Iman.
"Beliau (Eyang Djoego) ini berwasiat jika meninggal dunia dimakamkan di lereng Gunung Kawi. Ketika beliau meninggal di padepokannya di Desa Jugo, pada Minggu legi malam Senin pahing pukul 01.30 WIB atau tanggal 22 Januari 1871, oleh muridnya kemudian dibawa di lereng Gunung Kawi, sesuai dengan wasiatnya," terangnya.
Dari sanalah akhirnya jenazah Kyai Zakaria II ini dipindahkan dari wilayah Blitar menuju kawasan lereng Gunung Kawi saat ini atau yang berada di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Jenazah tiba di lereng Gunung Kawi pada Hari Rabu Wage, tanggal 24 Januari 1871.
"Jenazah Eyang Djoego ini tiba setelah melewati perjalanan yang panjang menuju Desa Wonosari. Jasad beliau dikebumikan secara muslim dan dipimpin oleh Eyang Raden Mas Iman Soedjono keesokan paginya pada Hari Kamis Kliwon, tanggal 25 Januari 1871," paparnya.
Sosok ulama ini pun akhirnya hingga kini masih terus dihormati dan banyak orang yang datang untuk berziarah ke makamnya. Sayang mitos pesugihan di area pesarean juga menyeruak, tetapi hal itu disebut tidak pernah ada.
Pihaknya mewakili pengelola Pesarean Gunung Kawi menegaskan, tidak pernah memfasilitasi, memberikan arahan bagi kelompok-kelompok atau orang-orang tertentu menjalankan ritual-ritual tertentu, dengan domba dan sebagainya apapun istilahnya yang saya sebut mengerikan.
"Pihak pelestarian tidak pernah memberikan fasilitas ke orang-orang ataupun kelompok-kelompok yang melakukan praktek-praktik semacam itu, jadi hanya pada pariwisata wisata religi dan budaya," pungkasnya.
(Awaludin)