Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah LB Moerdani Berhasil Gagalkan Penculikan Jenderal AH Nasution di Bawah Todongan Senjata

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Jum'at, 19 April 2024 |07:00 WIB
Kisah LB Moerdani Berhasil Gagalkan Penculikan Jenderal AH Nasution di Bawah Todongan Senjata
LB Moerdani (Foto: istimewa/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki keahlian bertempur, baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh yang menjadi khas dari korps baret merah itu. Bahkan, kemampuan prajurit Kopassus dikenal menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Salah satu sosok legendaris dalam Kopassus adalah Kolonel Inf. Agus Hernoto, yang prestasinya memperoleh penghargaan tinggi berupa medali "Bintang Sakti" dari Presiden Soeharto pada 1987. Medali ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas keberanian dan ketabahan di luar panggilan tugas militer.

Meskipun mencapai puncak penghargaan, Agus Hernoto memiliki sebuah pengalaman menegangkan dalam kariernya. Pada suatu waktu, ketika masih berpangkat sersan mayor, ia nekat menodongkan senjata ke wajah Benny Moerdani, yang saat itu berpangkat letnan, kendati pada akhirnya tidak terjadi penembakan.

Melansir "Kolonel Inf. Agus Hernoto: Legenda Pasukan Komando dari Kopassus Sampai Operasi Khusus”, cerita menegangkan ini berakar dari kekecewaan sejumlah prajurit Kopassus terhadap kepemimpinan Mayor Djaelani, Komandan RPKAD pada masa itu.

Rencana penculikan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel A.H Nasution yang diprakarsai Panglima Tentara Teritorium I Kolonel Zulkifli Lubis menjadi penyebab ketegangan. Lubis mengajak sejumlah perwira Divisi Siliwangi, di antaranya Komandan Resimen Infanteri ke-9 di Cirebon Letnan Kolonel Kemal Idris, dan Komandan Resimen Infanteri ke-11 Mayor Soewarto di Tasikmalaya. Termasuk Komandan RPKAD Mayor Djaelani.

”Lubis mengajak saya dan Komandan RPKAD Djaelani untuk menyerbu Jakarta. Saya mengajak beberapa pasukan di RPKAD dari Bandung. Tujuannya untuk mengganti KSAD yang dijabat oleh Nasution," kenang Kemal Idris seperti dikutip.

"Sebelum rencana menyerang Jakarta saya hanya dua kali bertemu dengan Zulkifli Lubis dan Djaelani. Kami membicaran ketidakpuasan terhadap Pusdik Angkatan Darat yang saat itu dipimpin oleh Nasution. Kami mendambakan keadaan yang teratur dan normal hingga dapat mencapai suatu perkembangan,” imbuhnya.

Dalam sejumlah rapat yang digelar diputuskan pasukan Siliwangi dan RPKAD akan bertemu di Kranji, Bekasi. Saat itu, Mayor Djaelani membawa peleton Kompi A di mana komandan kompinya adalah Benny Moerdani.

Sementara Benny tidak ikut karena sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit Cimahi. Setibanya di Kranji, Djaelani tidak mendapati pasukan Divisi Siliwangi. Djaelani pun memutuskan untuk kembali ke Batujajar, Bandung. Kegagalan ini karena A.H Nasution telah mengetahui rencana penculikan dirinya.

Informasi tersebut diperoleh dari perwira intelijen Letkol Soekendro yang disusupkan sejak lama. Persis pada hari H, Nasution melucuti para perwira yang bersimpati pada gerakan itu di antaranya membebastugaskan dua tokoh utama penculikan yakni Kemal Idris dan Soewarto.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement