Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tangis Jenderal Soedirman Pecah di Balik Perjanjian Roem Royen

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 07 Mei 2024 |06:06 WIB
Tangis Jenderal Soedirman Pecah di Balik Perjanjian Roem Royen
Jenderal Soedirman (Foto: Ist)
A
A
A

JAKARTA - Perjanjian Roem Royen membawa ke salah satu titik puncak dramatis dalam sejarah Indonesia yang penuh dengan emosi dan pertentangan. Ketika Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya dari Belanda, jalan menuju perdamaian tidak pernah mudah, dan perselisihan antar tokoh-tokoh utama menjadi hal yang lumrah.

Jenderal Sudirman, figur militer terkemuka yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan, tentu memiliki pandangan yang tegas tentang cara terbaik untuk menghadapi tuntutan Belanda.

Berawal dari perjanjian Linggarjati 1947 ketika Belanda menuntut beberapa hal terhadap Indonesia. Semua tuntutan diterima kecuali peng-subordinasi-an TNI di bawah kedaulatan Belanda, yang menyebabkan Belanda melakukan agresi 1 sebelum diintervensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Persetujuan Renville.

Belanda melayangkan tuntutan peng-subordinasi-an, yang kembali ditolak Indonesia. Kemudian, memutuskan untuk melakukan penyerangan kepada Indonesia, bahkan menculik Soekarno dan Hatta.

Namun, Belanda tidak mampu menemukan celah untuk kembali menduduki Indonesia, sehingga mereka membebaskan Soekarno dan Hatta. Pada 3 Agustus 1949, Soekarno dan Hatta berjanji untuk melakukan gencatan senjata dalam perjanjian Roem Royen.

Keputusan Soekarno untuk menandatangani Perjanjian Roem Royen telah menggugah emosi Sudirman dan sejumlah anggota TNI yang merasa bahwa kesepakatan tersebut tidak cukup untuk menjaga kemerdekaan Indonesia.

Menurut buku ‘80 Tahun Bung Karno’, Jenderal Sudirman sempat menangis ketika Soekarno bersikeras ingin menandatangani Perjanjian Roem Royen.

Namun, di tengah situasi yang tegang seperti itu, penting untuk mengingat betapa pentingnya kesatuan dalam menghadapi musuh bersama. Jenderal Abdul Haris Nasution dengan bijaksana mengingatkan Sudirman akan pentingnya dukungan terhadap kepemimpinan Soekarno dan Hatta, serta pentingnya persatuan antara TNI dan pemerintah dalam menjaga kemerdekaan.

"Tanpa persatuan TNI dengan Soekarno-Hatta, tak mungkin berhasil perjuangan Indonesia, biarlah kita ikuti Soekarno-Hatta," ujar Nasution.

Meskipun dengan hati yang berat, Sudirman dan rekan-rekannya di TNI memilih untuk mengikuti keputusan Soekarno dan Hatta demi kepentingan yang lebih besar, yakni kemerdekaan Indonesia.

Ini menunjukkan pentingnya pengorbanan dan kompromi dalam perjuangan demi kemerdekaan, serta perlunya kesatuan dalam menghadapi ancaman terhadap kemerdekaan bangsa.

Perjuangan untuk kemerdekaan seringkali membutuhkan pengorbanan dan kesepakatan yang sulit, dan kisah Perjanjian Roem Royen adalah bukti nyata dari hal tersebut.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement