Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sepak Bola Ada VAR, Bus Umum Harus Ada DVR-Car

Opini , Jurnalis-Selasa, 14 Mei 2024 |13:30 WIB
Sepak Bola Ada VAR, Bus Umum Harus Ada DVR-Car
Roy Suryo (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

MESKI sudah berjuang sekuat tenaga, namun sayangnya Skuad Garuda Muda U-23 kemarin akhirnya urung tampil di Olimpiade 2024 Paris karena banyak disebut-sebut (di) gagal (kan) oleh VAR / Video Assistant Referre yang merugikan Kubu Indonesia. Namun,  sebenarnya VAR saat pertandingan vs Uzbekistan dan Irak yang saat itu dihandle oleh Sivakom Pu-udon (Thailand) yang dituding menjadi penyebab kekalahan beruntun kesebelasan binaan Shin Tae-yong, bukan penyebab utamanya. Karena sebenarnya kita tidak boleh meng-kambinghitam-kan pihak-pihak lain, termasuk VAR ini, karena lebih baik kita instrospeksi dan evaluasi diri saja.

Hal ini senada dengan yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu bahwa kemunduran total demokrasi dan kemerosotan drastis ekonomi Indonesia saat ini, sebagaimana sudah banyak diungkap juga oleh media-media mainstream kelas dunia (seperti New York Times, The Economist, The Guardians dan sebagainya), tidak perlu dicari-cari penyebabnya sebagaimana yang sering dilakukan rezim ini. Misalnya menuduh gara-gara El Nino, akibat Perang Ukraina, bahkan juga Perang Israel-Hamas ikut dituding sebagai faktor yang memperburuk kondisi dalam negeri kita, padahal penyebab sebenarnya adalah korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukannya sendiri tanpa sedikitpun punya rasa malu sebagaimana yang (maaf, telanjang) dipertontonkan di kontestasi Pemilu 2024 barusan.

Bahkan sekarang belum lagi terbukti bisa bekerja dengan benar, sudah ngaco menuduh masyarakat untuk "jangan mengganggu, lagi mau kerja" (?). Hal ini sangat konyol dan menggelikan, karena biasanya justru yang biasanya bisa mengganggu adalah pihak mereka sendiri, bukan pihak luar sebagaimana yang belum-belum sudah dituduhkan "mengganggu". Ini sebenarnya contoh tindakan tidak gentle dan ksatria (dengan kata lain: pengecut) karena berusaha untuk lari dari kewajiban yang seharusnya mereka pertanggungjawabkan kepada rakyat, alias sama saja dengan sudah mencari-cari alibi dulu alias tidak mau dipersalahkan padahal kesalahan yang terjadi justru berasal dari mereka sendiri atau lingkungan terdekatnya.

Berbicara mengenai tanggung jawab inilah konsern saya di tulisan ini, karena sebagaimana secara teknis VAR dalam pertandingan sepak bola yang bisa digunakan untuk mengecek dan meminta pertanggungjawaban seorang pemain dalam bermain secara fair play, sistem sejenis sangat bisa diterapkan dalam meminta pertanggungjawaban pihak pemilik/pengelola/penanggung jawab bus dalam kasus kecelakaan fatal di Ciater kemarin, artinya jangan semua kesalahan ditimpakan kepada sosok Sudira sang sopir saja yang kini sudah ditetapkan menjadi TSK/tersangka, namun sebelum kejadian tentu pasti ada rangkaian penyebab sebelumnya.

Dilihat dari "kelahirannya", Bus Besar dengan sasis HYNO jenis AK1/RKA yan bernama sekarang "Putera Fajar" dan memiliki Nopol AD-7524-OG ini awalnya dimiliki oleh PO (Perusahaan Otobis) SAN / Siliwangi Antar Nusa, kemudian dijual ke PO Aldo Trans, selanjutnya PO Jaya Guna Hage, PO PPK / Putera Pandawa Karya, hingga PO Maulana Trans dan terakhir PO Trans Putera Fajar, saat terjadinya kecelakaan fatal yang merenggut nyawa 11 jiwa kemarin. Disinilah bisa dimengerti mengapa kendaraan ini sudah sering berganti-ganti pemilik dan pengelola yan membuatnya -sebagaimana sudah saya tulis kemarin- persyaratan administratif berupa Surat Kir dan Uji SRUT-nya tidak aktif diperpanjang lagi, sudah lewat semenjak akhir tahun lalu (tepatnya 6 Desember 2023, dari Uji terakhir enam bulan sebelumnya, 6 Juni 2023). Izin trayek aslinya bahkan bukan untuk pariwisata luar kota, namun AKDP/Antar Kota Dalam Propinsi dengan rute Solo-Sukoharjo-Pracimantoro saja.

Fatalnya, secara bentuk/model dan ukuran tinggi/dimensi busnya pun sudah mengalami perubahan yang cukup berarti, dari model (aslinya) "Discovery" yang dikenal sebagai karya Karoseri Laksana yang populer satu hingga dua dekade silam, hingga sekarang mengikuti model diubah menjadi model "Jet Bus 3 Super High Deck" yang dipopulerkan oleh Karoseri Adi Putro Malang. Perubahan ini cukup signifikan mengingat ada perbedaan tinggi bus yang diakibatkan karena posisi lantai untuk penumpang juga mengalami kenaikan dari sebelumnya dan akibatnya secara ukuran tinggi bus juga mengalami perbedaan signifikan dari model sebelumnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement