WILAYAH Palembang dan Sumatera Selatan jauh sebelum menjadi kekuasaan Majapahit, konon pernah berjaya di masa Sriwijaya. Saat itu Kerajaan Sriwijaya yang berlokasi di Pulau Sumatera bagian selatan memegang peranan penting dalam peta perdagangan dan lenyeba agama Buddha di dunia.
Konon di Sriwijaya, banyak pedagang dari Tiongkok dan India, yang harus tinggal di sana selama beberapa bulan, untuk menunggu perubahan arah angin. Hal ini demi mereka bisa kembali ke Cina dan India, akibat efek angin muson atau angin musiman yang terjadi dua kali setahun.
Tak heran saat itu Sriwijaya tumbuh menjadi pusat perdagangan internasional terbesar, dan tidak hanya pasarnya, tetapi juga infrastruktur untuk para pedagang, seperti penginapan dan tempat hiburan yang juga dikembangkan. Sriwijaya juga memerankan diri sebagai sebuah pusat budaya.
Yijing, seorang pengelana Buddhis Tiongkok yang tinggal di Palembang dan Jambi pada abad ke-7, atau sekitar tahun 671, mencatat bahwa terdapat lebih dari seribu biksu dan sarjana terpelajar, yang didukung oleh kerajaan untuk belajar agama di Palembang.