SOEHARTO dikenal sebagai sosok tegas dan pemimpin tangan besi. Presiden kedua RI itu 32 tahun menguasai Indonesia. Dengan jargon Orde Baru, Soeharto membangun “kerajaan” kuat dan nyaris tak ada yang berani mengganggu kekuasaannya kala itu. Ia mengucilkan pengkritik atau lawan politiknya.
Meski begitu, perawakan Soeharto sangat bersahaja dan tetap cool. Pembawaannya tenang dan ramah senyum, tak terlihat sikap otoriter dari raut wajahnya. Sampai-sampai ia dijuluki The Smiling General atau Jenderal yang Tersenyum.
Lahir pada 8 Juni 1921, Soeharto adalah satu-satunya Jenderal TNI yang pernah menduduki delapan jabatan panglima. Selama masa kepemimpinannya, Soeharto sering melakukan kunjungan ke berbagai negara. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ia dijuluki sebagai The Smiling General.
Julukan "The Smiling General" atau "Sang Jenderal yang Tersenyum" diberikan kepada Soeharto karena kebiasaannya yang selalu tersenyum dan menunjukkan keramahannya. Wajahnya yang selalu tenang, terutama di hadapan pers dan dalam acara-acara resmi kenegaraan, memperkuat julukan ini.
Penulis asal Jerman Barat, OG Roeder menulis biografi Soeharto dengan judul yang terinspirasi dari julukan tersebut. Hal ini membuat julukan "The Smiling General" terkenal di dunia internasional, tidak hanya di Indonesia.
Julukan ini membuat banyak rakyat Indonesia terkesan dengan kebiasaan Soeharto yang sering tersenyum lebar, seperti yang diungkapkan oleh Ismail Saleh, Menteri Kehakiman pada masa itu.
Soeharto tetap tersenyum meskipun dihadapkan dengan para pengkritiknya. Hal ini menunjukkan kepribadian dan kemampuan diplomatiknya yang luar biasa. Dengan kesabaran dan ketenangannya, ia mampu menjaga situasi yang penuh tekanan, bahkan pernah menjadi simbol stabilitas dalam politik Indonesia.
Selain itu, Soeharto mampu membangun hubungan yang positif baik dengan pemimpin dunia lainnya maupun dengan rakyat Indonesia melalui senyumannya yang khas di setiap kunjungannya. Berkatnya, citra Indonesia di mata dunia pun turut meningkat.
Di balik sosoknya yang serius dan pendiam, terdapat riwayat di mana Soeharto melontarkan lelucon saat acara peringatan Hari Anak Nasional pada 1994. Dalam acara tersebut, Hamli mengajukan pertanyaan tentang alasan jumlah presiden di Indonesia yang hanya satu, terlepas dari luasnya Indonesia.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Soeharto menjawab dengan candaan bahwa seorang bapak di rumah pun hanya ada satu, bukan dua atau tiga, begitu pula dengan bapak dari Hamli. Jawaban itu pun mengundang gelak tawa dari hadirin di Istana Negara.
Julukan "The Smiling General" menjadi pengungkap bagi sisi manusiawi seorang Jenderal Soeharto, pemimpin besar dengan citra yang keras dan tegas. Meskipun dikenal sebagai pemimpin yang jarang mengeluarkan emosi secara terbuka, senyumannya menjadi karakteristik mencolok dalam kepemimpinannya.
Julukan ini mungkin masih relevan untuk memahami gaya kepemimpinan Soeharto, terutama dalam menyorot kepribadian yang ramah dan mudah didekati, sehingga membuatnya populer di kalangan masyarakat.
"The Smiling General" menjadi pengingat bahwa seorang pemimpin pun dapat memiliki senyuman, terlepas dari gaya kepemimpinan dan kepribadian yang dimilikinya.
(Salman Mardira)