Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengulik Kisah Operasi Trikora untuk Pembebasan Irian Barat dari Belanda

Farhan Muhammad Gunawan , Jurnalis-Selasa, 11 Juni 2024 |05:20 WIB
Mengulik Kisah Operasi Trikora untuk Pembebasan Irian Barat dari Belanda
Soekarno (Arsip Nasional)
A
A
A

OPERASI Tri Komando Rakyat atau Trikora merupakan operasi militer gabungan Uni Soviet-indonesia yang bertujuan untuk merebut Irian Barat (Papua sekarang) dari tangan Belanda pada 1961 dan 1962. Operasi Trikora dipimpin oleh Presiden Soekarno.  

Pembebasan Irian Barat menjadi salah satu program dalam setiap kerja wajib kabinet yang berkuasa pada masa Demokrasi Liberal. Upaya tersebut terus berlanjut dan menjadi salah satu agenda utama pemerintah pada masa demokrasi terpimpin.

Dalam Konferensi Malino, perwakilan dari Irian Barat, Frans Kaisiepo menyatakan bahwa ia mendukung wilayahnya dapat merdeka bersama dengan wilayah Indonesia lainnya. Hal ini juga dapat menjadi ajang promosi nama Irian yang berasal dari kata biak serta mempromosikan akronim Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.

Namun semenjak Konferensi Denpasar, perwakilan Irian Barat sudah tidak sertakan karena sudah direncanakan tidak lagi menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur bagian dari Republik Indonesia Serikat atas desakan Partai Katolik Belanda, walau Van Mook mengklaim didasari masalah keuangan dan perbedaan suku.

 BACA JUGA:

Pengucilan tokoh-tokoh Papua dari konferensi ini diprotes oleh Nicolaas Jouwe, Corinus Krey, dan Marthen Indey dalam telegram kepada Van Mook tertanggal 12 Desember 1946, walau tidak digubris sehingga melahirkan pemberontakan PIDRIS (Partai Irian Dalam Republik Indonesia Serikat).

Kemudian dalam KMB (konferensi Meja Bundar) pada tahun 1949 menetapkan bahwa masalah Irian Barat akan diselesaikan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Tepatnya pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Irian Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB.

Namun pada akhir tahun 1950, ketika struktur federasi RIS (Republik Indonesia Serikat) berubah menjadi kesatuan, menyebabkan Belanda tidak lagi memiliki andil dalam pemerintahan Indonesia. Hal ini membuat pemerintah Belanda menggunakan alasan tersebut sebagai dasar untuk tidak menjalankan kembali perjanjian tentang Irian Barat dalam KMB.

Kondisi tersebut tentu membuat para bangsa Indonesia kecewa. Presiden Soekarno menegaskan bahwa perjuangan bangsa Indonesia belum selesai sebelum Irian barat kembali menjadi bagian NKRI dan Indonesia tidak akan mundur sejengkal pun dari Irian barat.

 BACA JUGA:

Pada tanggal 15 Februari 1952, parlemen Belanda memasukan wilayah Papua menjadi wilayahnya secara resmi dan tidak mau melanjutkan perundingan dengan Indonesia. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an.

Setelah Indonesia beberapa kali melakukan infiltrasi ke wilayah Irian Barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Irian Barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957.

Dilansir dalam berbagai sumber, dalam sidang umum PBB 1961, Subandrio menegaskan bahwa Indonesia akan melaksanakan konfrontasi di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, dan militer.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement