OPERASI Tri Komando Rakyat atau Trikora merupakan operasi militer gabungan Uni Soviet-indonesia yang bertujuan untuk merebut Irian Barat (Papua sekarang) dari tangan Belanda pada 1961 dan 1962. Operasi Trikora dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Pembebasan Irian Barat menjadi salah satu program dalam setiap kerja wajib kabinet yang berkuasa pada masa Demokrasi Liberal. Upaya tersebut terus berlanjut dan menjadi salah satu agenda utama pemerintah pada masa demokrasi terpimpin.
Dalam Konferensi Malino, perwakilan dari Irian Barat, Frans Kaisiepo menyatakan bahwa ia mendukung wilayahnya dapat merdeka bersama dengan wilayah Indonesia lainnya. Hal ini juga dapat menjadi ajang promosi nama Irian yang berasal dari kata biak serta mempromosikan akronim Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.
Namun semenjak Konferensi Denpasar, perwakilan Irian Barat sudah tidak sertakan karena sudah direncanakan tidak lagi menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur bagian dari Republik Indonesia Serikat atas desakan Partai Katolik Belanda, walau Van Mook mengklaim didasari masalah keuangan dan perbedaan suku.
BACA JUGA:
Pengucilan tokoh-tokoh Papua dari konferensi ini diprotes oleh Nicolaas Jouwe, Corinus Krey, dan Marthen Indey dalam telegram kepada Van Mook tertanggal 12 Desember 1946, walau tidak digubris sehingga melahirkan pemberontakan PIDRIS (Partai Irian Dalam Republik Indonesia Serikat).
Kemudian dalam KMB (konferensi Meja Bundar) pada tahun 1949 menetapkan bahwa masalah Irian Barat akan diselesaikan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Tepatnya pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Irian Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB.
Namun pada akhir tahun 1950, ketika struktur federasi RIS (Republik Indonesia Serikat) berubah menjadi kesatuan, menyebabkan Belanda tidak lagi memiliki andil dalam pemerintahan Indonesia. Hal ini membuat pemerintah Belanda menggunakan alasan tersebut sebagai dasar untuk tidak menjalankan kembali perjanjian tentang Irian Barat dalam KMB.
Kondisi tersebut tentu membuat para bangsa Indonesia kecewa. Presiden Soekarno menegaskan bahwa perjuangan bangsa Indonesia belum selesai sebelum Irian barat kembali menjadi bagian NKRI dan Indonesia tidak akan mundur sejengkal pun dari Irian barat.
BACA JUGA:
Pada tanggal 15 Februari 1952, parlemen Belanda memasukan wilayah Papua menjadi wilayahnya secara resmi dan tidak mau melanjutkan perundingan dengan Indonesia. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an.
Setelah Indonesia beberapa kali melakukan infiltrasi ke wilayah Irian Barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Irian Barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957.
Dilansir dalam berbagai sumber, dalam sidang umum PBB 1961, Subandrio menegaskan bahwa Indonesia akan melaksanakan konfrontasi di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, dan militer.
Setelah itu, Pemerintah Indonesia membeli senjata dari AS namun dialihkan ke negara-negara blok Timur, terutama Uni Soviet. Upaya pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution.
Saat itu, Indonesia mendapatkan bantuan kekuatan armada laut dan udara militer dari Uni Soviet dengan nilai US$2,5 miliar dalam rangka Trikora. Saat itu, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan, menandingi Australia
Kekuatan utama Indonesia adalah salah satu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Soviet dari kelas Sverdlov. Kapal perang itu memiliki 12 meriam raksasa kaliber enam inci. Setelah tiba di Indonesia, kapal ini berganti nama menjadi KRI Irian.
Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet. 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali).
Kapal ini adalah versi pengembangan dari penjelajah kelas Chapayev. KRI Irian sebenarnya adalah kapal Penjelajah Ordzhonikidze dari armada Baltik AL Soviet yang dibeli oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962. Saat itu KRI Irian merupakan kapal terbesar di belahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif dalam Operasi Trikora untuk persiapan merebut Irian Barat.
Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Indonesia saat itu, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Operasi Trikora tepatnya di Alun-alun Utara Yogyakarta. Adapun Program Trikora yang berisi:
1. Gagalkan pendirian negara merdeka di Irian Barat
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum yang mencakup seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari imperialisme Belanda
Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto saat itu diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.
(Salman Mardira)