Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kuatnya Pertahanan Pajajaran Warisan Prabu Siliwangi, Baru Takluk Diserang 3 Kali Pasukan Gabungan

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 12 Juni 2024 |05:35 WIB
Kuatnya Pertahanan Pajajaran Warisan Prabu Siliwangi, Baru Takluk Diserang 3 Kali Pasukan Gabungan
Ilustrasi (Foto: Ist)
A
A
A

KERAJAAN Pajajaran konon terkenal kekuatannya. Bahkan, ketika Kerajaan Banten melakukan serangan dan berusaha menaklukkannya, dibuat kewalahan. Banten harus menyerang dalam tiga kali guna menguasai istana Pajajaran, warisan dari Prabu Siliwangi.

Menariknya Kerajaan Banten tak sendiri menyerang Pajajaran, melainkan meminta bantuan koalisi dari Kesultanan Demak dan Cirebon. Hal tentu yang dinilai tak masuk akal, bagaimana menggambarkan kekuatan Pajajaran usai sisa-sisa kejayaannya.

"Serangan gabungan tiga kerajaan Islam inilah yang akhirnya mengakhiri perlawanan Kerajaan Pajajaran di tanah Sunda," demikian dikutip dari buku "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran".

Kuatnya benteng pertahanan Pajajaran yang dibangun sejak Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, membuat pasukan Banten kembali dan mundur. Tetapi serangan itu menyisakan duka bagi Kerajaan Pajajaran yang saat itu dipimpin oleh Ratu Dewata, pasca raja Surawisesa mangkat.

Sebab, dua punggawa terkenal dan disegani di Pajajaran yakni Tohaan Ratu Sarendet dan Tohaan Ratu Sangiang gugur di medan peperangan. Perlahan tapi pasti, dukungan kerajaan kecil di bawah kekuasaan Pajajaran mulai hilang.

Hal ini menjadi kesempatan lagi bagi Banten untuk kembali menyerang Pakuan. Apalagi, ini diperkuat saat raja sudah dihiraukan lagi oleh masyarakat sebab tidak ada kepedulian dalam menyejahterakan rakyatnya.

Catatan sejarah menuliskan ada tiga kali gelombang serangan Banten ke Pakuan, ibu kota Pajajaran. Serangan ini dilakukan saat masa pemerintahan Ratu Dewata, atau setelah Surawisesa lengser. Diperkirakan dari catatan sejarah serangan ini terjadi sekitar 1535 Masehi hingga 1543 Masehi yang membuat dua punggawa kerajaan gugur.

Serangan kedua terjadi saat pemerintahan Prabu Nilakendra sekitar tahun 1551 Masehi hingga 1567 Masehi. Dimana dikisahkan dalam suatu naskah "Alah prengrang mangka tan nitih ring kadat-wan" yang artinya kalah perang, karena itu tidak tinggal di keraton. Di mana, saat itu berkat serangan dari pasukan Banten, Raja Nilakendra terpaksa melarikan diri dari istana ke sebuah wilayah di Sukabumi selatan.

Adapun serangan ketiga yang dinilai benar-benar membuat riwayat Kerajaan Pajajaran tamat saat Pajajaran dipimpin oleh Ragamulya. Di mana, ia merupakan raja terakhir dari Pajajaran yang memerintah sekitar tahun 1567 hingga 1579 Masehi. Namun, ia memindahkan pusat pemerintahan ke Pulasari, Pandeglang, bukan lagi di ibu kota Pakuan Pajajaran, yang berhasil dihancurkan Banten di serangan keduanya.

Tetapi pada akhirnya serangan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten membuat Kerajaan Pajajaran benar-benar luluh lantak. Sang Raja Prabu Ragamulya Suryakancana berhasil dibunuh oleh prajurit Banten di Pulasari, Pandeglang.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement