Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Detik-Detik Menjelang Soekarno Wafat, Dikucilkan dan Jadi Tawanan Soeharto

Ricko Setya Bayu Pradana Junior , Jurnalis-Jum'at, 21 Juni 2024 |06:30 WIB
Detik-Detik Menjelang Soekarno Wafat, Dikucilkan dan Jadi Tawanan Soeharto
Soekarno (Dok Arsip Nasional)
A
A
A

Pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB, anak-anak Bung Karno, termasuk Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh, tiba di rumah sakit. Mereka menunggu dengan tegang perkembangan kondisi ayah mereka.

Meskipun berada di Wisma Yaso, Bung Karno menjalani hari-harinya dengan rasa sakit dan kesepian. Kepada dokter Soeharto, ia pernah mengeluh tentang rasa kesepiannya. Kepada Hartini, istri keempatnya, ia menyatakan kesedihannya sambil meneteskan air mata, “Ik wou maar dat ik de schot krijgt. Aku ingin agar aku ditembak saja,” kata Bung Karno kepada Hartini.

Pada 16 Juni 1970, kondisi kesehatan Bung Karno semakin parah hingga akhirnya ia dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto. Peter Kasenda dalam bukunya "Hari-hari Terakhir Soekarno" (2012) menyebut Bung Karno ditempatkan dalam sebuah kamar dengan penjagaan ketat di lorong rumah sakit.

Kondisi kesehatan Bung Karno semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Anak-anaknya menunggu perkembangan dengan wajah tegang di luar kamar perawatan.

Tepat pukul 07.00 WIB, dokter Mahar Mardjono membuka pintu ruang perawatan, dan anak-anak Bung Karno langsung masuk. Berondongan pertanyaan mereka hanya dijawab dokter Mahar dengan gelengan kepala. Pukul tujuh lewat sedikit, perawat mulai melepas selang makanan dan alat bantu pernapasan Bung Karno.

Anak-anak Bung Karno lalu mengucapkan takbir. Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Bung Karno, dan Bung Karno mencoba mengikutinya. “Allah,” kata Bung Karno lirih seiring dengan napas terakhirnya, seperti dikutip dari buku “Soekarno Poenja Tjerita, Yang Unik dan Tak Terungkap dari Sejarah Soekarno”.

Tepat pukul 07.07 WIB, Bung Karno wafat, dan tangisan pecah di RSPAD. Sang Proklamator RI kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Berakhir sudah tugasnya sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement