Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Detik-Detik Menjelang Soekarno Wafat, Dikucilkan dan Jadi Tawanan Soeharto

Ricko Setya Bayu Pradana Junior , Jurnalis-Jum'at, 21 Juni 2024 |06:30 WIB
Detik-Detik Menjelang Soekarno Wafat, Dikucilkan dan Jadi Tawanan Soeharto
Soekarno (Dok Arsip Nasional)
A
A
A

HARI ini 54 tahun lalu Presiden pertama Indonesia Soekarno meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Sang Proklamator Kemerdekaan RI itu wafat dalam usia 69 pada Minggu, 21 Juni 1970 sekitar pukul 07.07 WIB.

Soekarno mengalami komplikasi penyakit ginjal, gagal jantung, sesak napas, dan reumatik. Lebih tragisnya ia meninggal dalam status sebagai tahanan kota oleh pemerintah Soeharto.

Setelah Soekarno terdepak dari jabatan Presiden, Soeharto naik takhta dan membentuk pemerintahan Orde Baru. Sejurus kemudian Soekarno dikucilkan. Tokoh pendiri bangsa itu malah jadi tahanan politik Soeharto.

Bung Karno dilarang menginjakkan kaki di Jakarta. Ia tinggal di Istana Bogor dalam pengawasan ketat lalu sempat pindah ke Istana Batu Tulis.

Dengan harapan bisa kembali ke Jakarta, Soekarno melalui putrinya, Rachmawati memohon kepada Soeharto untuk diizinkan kembali ke ibu kota. Setelah mendapat izin, Bung Karno dibawa ke Wisma Yaso sebagai tahanan dengan pengamanan ketat.

Menjelang akhir tahun 1966, dokter Soeharto yang merupakan dokter pribadi Soekarno, mengunjungi Bung Karno di Wisma Yaso. Dokter Soeharto memeriksa kesehatan Bung Karno yang semakin menurun.

Kepada Kolonel CPM Maulwi Saelan, dokter Soeharto melaporkan bahwa kesehatan sang Proklamator sangat menurun drastis. Produksi kristal dan batu ginjal meningkat, dan tekanan darahnya yang biasanya rendah mulai cenderung naik.

Selain masalah ginjal, Bung Karno juga menunjukkan gejala komplikasi penyakit lainnya. “Diperkirakan ginjal kanan berfungsi hanya 25-50%,” ungkap dokter Soeharto seperti yang ditulis Maulwi Saelan dalam bukunya.

 BACA JUGA:

Dalam pertemuan akhir tahun 1966 itu, dokter Soeharto menyarankan agar Bung Karno dirawat di rumah sakit. “Apakah tidak lebih baik dirawat di rumah sakit saja?” tanyanya. Namun Bung Karno menjawab, “Ik heb niets te willen, dat moeten de behandelend doktoren maar uitmaken. Saya tidak boleh keinginan apa-apa, seharusnya dokter-dokter yang menangani yang memutuskan”.

Pada Sabtu, 20 Juni 1970, pukul 20.30 WIB, kesadaran Bung Karno menurun drastis dan pada dini hari Minggu, ia mengalami koma. Dokter Mahar Mardjono segera menghubungi anak-anak Bung Karno dan meminta mereka segera datang.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement