HARI ini sembilan tahun pesawat Hercules C-130 milik TNI Angkatan Udara jatuh sesaat usai lepas landas dari Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara. Tragedi memilikan itu sedikitnya menelan 143 korban jiwa termasuk orang-orang tertimpa badan pesawat di darat.
Pesawat yang membawa 12 kru dan 101 penumpang, terdiri dari prajurit TNI dan keluarganya, jatuh di Jalan Jamin Ginting, kawasan Perumnas Simalingkar, Medan, pada Selasa, 30 Juni 2015 sekitar pukul 11.50 WIB, beberapa menit setelah take off.
Pesawat buatan Lockheed-Martin, Amerika Serikat itu dikenal dengan daya angkut besar serta kemampuan operasi yang baik.
Pesawat berkapasitas 92 orang dan lima awak kabin ini juga mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek, menjadikannya pilihan berbagai negara, termasuk Indonesia, yang mengoperasikan 28 pesawat Hercules C-130 dari berbagai jenis.
Pada hari nahas tersebut, pesawat Hercules baru saja lepas landas dari Lanud Soewondo hendak menuju Lanud Tanjung Pinang di Kepulauan Riau.
Pilot sempat meminta izin untuk kembali ke pangkalan, tapi takdir berkata lain. Pesawat itu jatuh menimba bangunan dan beberapa mobil di darat. Seluruh penumpang dan kru tewas. Beberapa orang di darat juga meregang nyawa.
Pesawat Hercules C-130 TNI AU itu memiliki daya angkut hingga 20 ribu kilogram dan digunakan untuk berbagai peran, termasuk pengangkutan tentara, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara.
TNI AU mengoperasikan pesawat-pesawat ini di Skadron 31 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, dan Skadron 32 di Pangkalan Udara Utama 32 Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan bangsa Indonesia, sekaligus jadi salah satu kecelakaan penerbangan terburuk di Tanah Air.
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keselamatan penerbangan, TNI AU telah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap armada pesawatnya.
Langkah-langkah perbaikan dan pemeliharaan yang lebih ketat diharapkan dapat mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Selain itu, pelatihan bagi para kru pesawat juga ditingkatkan agar mereka lebih siap menghadapi berbagai situasi darurat.
(Salman Mardira)