MALANG - TNI Angkatan Udara (AU) melibatkan produsen pesawat Super Tucano untuk penyelidikan kecelakaan. Pasalnya, elemen penting pesawat yakni data rekaman pesawat dan Network Centric Data Cartridge (NCDC) belum mampu dibaca.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati menyatakan, bila TNI AU dan tim investigasi belum mampu membaca Flight Data Recorder (FDR). Pasalnya, peralatan untuk membaca elemen penting pesawat buatan Brasil itu belum dimiliki Indonesia.
"Itu mestinya dibaca di pabriknya, kita belum punya pembacanya untuk Flight Data Recorder. Kita enggak punya tape, cuma di sana (yang punya)," ucap Agung Sasongkojati, dihubungi melalui telepon, Senin (20/11/2023).
Pelibatan produsen pesawat Super Tucano itu membuat waktu pengungkapan kecelakaan itu bertambah. Nantinya dari elemen yang dibaca di produsen pesawat tadi, akan dianalisis tim dari Pusat Kelaikan Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU (Puslaiklambangjaau), termasuk elemen Cartridge-nya.
"Rekaman Cartridge-nya bisa dilihat, tetapi kan itu hanya petunjuk, tetapi kalau yang betul-betul sesuai data real mengenai rekaman, mengenai ketinggian, kecepatan yang akurat, yang satu hanya berupa simbologi yang nampil, tapi kan ketinggian berapa, kecepatan berapa, itu kan ada dibukanya di luar, di kita nggak bisa. Nanti cuma dibaca, nanti bacaannya tinggal kita (Puslaiklambangjaau) terjemahin, kan cuma baca itu enggak analisa," tuturnya.