Namun setelah itu Supriyadi hilang secara misterius. Sementara sejumlah pasukan pemberontak yang tersisa dan tertangkap, disiksa hingga dipenggal Jepang di Pantai Ancol, Jakarta Utara.
Hingga kini hilangnya sosok pencetus pemberontakan itu tetap jadi misteri dan meninggalkan beberapa versi kisahnya.
“Ada banyak versi tentang Supriyadi. Ada yang mengatakan Supriyadi turut menyerah bersama Muradi dan tidak ikut diadili di Jakarta, tapi langsung dibawa ke pantai selatan dan diikat ke kapal dengan drum bensin,” ujar penggiat sejarah Wahyu Bowo Laksono.
“Kemudian drumnya ditembaki tentara Jepang untuk menghilangkan jejak Supriyadi. Ini versi Jepang yang katanya ada prajurit Jepang yang jadi saksinya. Tapi mungkin saja yang dibawa ke kapal itu pasukan PETA yang lain, bukan Supriyadi, jadi masih debatable,” imbuhnya.
“Ada lagi versi yang paling logis, dari keterangan rekan Muradi. Saat Muradi menyerah pada Katagiri Butaicho, Supriyadi memutuskan berjalan sendiri ke arah Gunung Kelud. Entah untuk menghilang atau melarikan diri karena tidak mau menyerah pada Jepang,” jelasnya.
(Qur'anul Hidayat)