Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pemerintah Angkat Kebudayaan yang Hampir Punah di Jambi

Arief Setyadi , Jurnalis-Sabtu, 20 Juli 2024 |21:13 WIB
Pemerintah Angkat Kebudayaan yang Hampir Punah di Jambi
Kebudayaan di Jambi memasak brengkes ikan (Foto: Dok Kemendikbudristek)
A
A
A

JAKARTA – Pamong Budaya Ahli Utama Kemendikbudristek, Siswanto mengungkapkan, berupaya untuk mengangkat kebudayaan di Indonesia. Pagelaran Festival Suku Batin IX yang menyajikan lomba memasak Brengkes Ikan ini dianggap memiliki peran penting dalam melestarikan sebuah kebudayaan.

“Pagelaran di Desa Muaro Singoan dalam rangka Kenduri Swarnabhumi bisa mengangkat kebudayaan yang hampir punah,” ujar Siswanto dalam siaran persnya, Sabtu (20/7/2024).

Festival tersebut, sambung Siswanto, menjadi ajang masyarakat saling berinteraksi dan bergotong royong melestarikan nilai-nilai budaya di tengah perkembangan teknologi. Ibu-ibu menggunakan tengkuluk khas Jambi dan berkebaya memasak dengan menggunakan alat-alat tradisional dan kayu bakar seperti yang dilakukan nenek moyang mereka. 

"Ini bukan sekadar lomba, tapi juga cara kami melestarikan tradisi memasak dengan cara yang alami dan tradisional," kata Siswanto.

Siswanto menambahkan, memasak menggunakan kayu bakar memberikan rasa yang khas pada masakan yang tidak bisa ditiru alat modern. Lomba memasak, kata dia, menjadi sebuah cara memberikan nilai-nilai sosial dalam berinteraksi antarindividu.

“Kebersamaan adalah kunci dari acara ini,” ujarnya.

Sementara Kepala Desa Muaro Singoan, Samadani mengatakan, brengkes ikan sendiri adalah hidangan tradisional khas yang terbuat dari ikan-ikan dari Sungai Batanghari, dibaluri sambal tempoyak maupun sambal-sambal lain yang terbuat dari rempah-rempah lokal. Kemudian, dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara dibakar.

“Brengkes ikan adalah salah satu warisan kuliner kita yang kaya akan cita rasa dan juga sejarah,” katanya.

Samadani mengungkapkan, bahwa setiap daerah di Jambi memiliki variasi brengkes mereka sendiri dan memasak brengkes ikan pada pembukaan Festival Suku Batin IX merupakan cara menunjukkan kekayaan budaya kuliner yang dimiliki. Lomba masak brengkes ikan ini diikuti ibu-ibu dari berbagai desa di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Festival Suku Batin IX merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Kenduri Swarnabhumi 2024. Kegiatan ini dibuka dengan sebuah kegiatan yang menampilkan kuliner khas Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi, yakni Lomba Memasak Brengkes Ikan.

Kegiatan yang digelar di Lapangan King Lion, Desa Muaro Singoan. Kegiatan ini juga mengangkat kembali tradisi kuliner lokal yang kaya rasa dan nilai identitas masyarakat setempat.

Menurut Samadani, setiap daerah di Jambi memiliki variasi brengkes mereka sendiri dan memasak brengkes ikan pada pembukaan Festival Suku Batin IX merupakan cara menunjukkan kekayaan budaya kuliner yang dimiliki. Lomba masak brengkes ikan ini diikuti oleh ibu-ibu dari berbagai desa di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Salah satu warga dan asli Suku Batin IX yang hadir, Nyimas Artika mengaku senang melihat antusiasme para peserta lomba. Keseruan Festival Suku Batin IX yang dimulai pada Sabtu, 20 Juli 2024.

“Acara ini benar-benar menghidupkan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan di desa kami,” ujarnya.

Selain lomba masak brengkes ikan, Festival Suku Batin IX juga menampilkan berbagai kegiatan menarik lainnya. Ada juga makan merawang (makan bersama dalam satu wadah) di pinggir sungai Batanghari, pameran objek diduga cagar budaya (ODCB), pertunjukan tarian dan lagu daerah, serta pasar budaya yang menampilkan berbagai kerajinan tangan dan kuliner lokal.

Kenduri Swarnabhumi, yang dibuka pada 5 Juni 2024 lalu, merupakan rangkaian kegiatan kebudayaan di sepanjang DAS Batanghari atas inisiasi berbagai kalangan masyarakat setempat serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Pemerintah menunjukkan komitmennya dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan lokal, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga warisan budaya. Festival Suku Bathin IX, dengan segala keragaman acaranya, menjadi bukti nyata bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan.

Kegiatan ini tidak hanya menjaga warisan budaya. Namun, mengadaptasi perubahan zaman dengan memastikan tradisi-tradisi tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang. 

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement