GAZA - Ismail Haniyeh adalah seorang tokoh penting dalam kelompok Hamas. Dia lahir di kamp pengungsi Shati, Gaza, Palestina dari orang tua yang melarikan diri dari Kota Asqalan setelah berdirinya negara Israel pada tahun 1948.
Haniyeh menempuh pendidikan di Institut al-Azhar di Gaza dan meraih gelar dalam bidang sastra Arab dari Universitas Islam di Gaza. Selama kuliah pada tahun 1983, dia bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, yang kemudian menjadi cikal bakal Hamas.
Pada tahun 1987, yang bertepatan dengan Intifada Pertama, Haniyeh menjadi bagian dari Hamas, kelompok yang secara resmi dibentuk pada tahun tersebut. Dia beberapa kali dipenjara otoritas Israel karena aktivitasnya yang terkait dengan Hamas.
Da pernah dipenjara selama tiga tahun atas tuduhan sebagai anggota Hamas pada 1999. Setelah dibebaskan, Haniyeh dideportasi ke Lebanon Selatan bersama pemimpin Hamas lainnya. Namun dia kembali ke Gaza setelah perjanjian Oslo.
Haniyeh menjadi asisten dekat Sheikh Ahmed Yassin, salah satu pendiri Hamas, pada 1997. Saat Intifada kedua pada 2001, Haniyeh semakin menguatkan posisinya sebagai salah satu pemimpin politik utama Hamas, di belakang Yassin dan Abdul Aziz al-Rantisi.
Bersama Yassin, dia selamat dari percobaan pembunuhan oleh Israel pada 2003,. Namun, Yassin kemudian terbunuh dalam serangan helikopter Israel pada tahun 2004.
Haniyeh menjadi terkenal pada tahun 2006 setelah memimpin Hamas dalam memenangkan pemilihan legislatif Palestina, mengalahkan gerakan Fatah. Meskipun sempat menjabat perdana menteri Otoritas Palestina, pemerintah persatuan bubar pada 2007 setelah Hamas menguasai Jalur Gaza.
Salah satu alasannya, Haniyeh dianggap tidak mampu bekerja sama dengan masyarakat internasional dan konflik internal dengan Fatah. Tapi, dia tetap menjadi pemimpin de facto Hamas di Gaza meskipun diberhentikan sebagai perdana menteri oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Haniyeh beberapa kali menyatakan bersedia menerima pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kota. Dia juga terbuka bekerja sama dengan pemerintah Barat yang mendukung hak-hak warga Palestina.
Pada tahun 2014, dalam konflik dengan Israel, dua keponakan Haniyeh tewas dan rumahnya rusak akibat serangan Israel. Perjalanan Haniyeh berakhir di Turki setelah sebuah serangan rudal menghantam tempat tinggalnya di Turki. (rizki rahmatulloh)
(Maruf El Rumi)