Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Saat Kiai Ahmad Dahlan Undang Tokoh Komunis Jadi Pembicara dalam Rapat Muhammadiyah di Yogyakarta

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Kamis, 01 Agustus 2024 |06:00 WIB
Saat Kiai Ahmad Dahlan Undang Tokoh Komunis Jadi Pembicara dalam Rapat Muhammadiyah di Yogyakarta
Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan (Foto: Uhamka)
A
A
A

Dikisahkan juga, seusai membentuk Aisyiyah, KH Dahlan mengundang tokoh komunis dari Kepanjen, Malang, Woro Sastroatmojo.

Dengan bersemangat, Woro dan satu rekannya secara fasih menguraikan tentang gerakan Sarekat Islam “Merah” dengan tegas dan lancar. “Bukan intisari pidatonya si pembicara, melainkan tegak-tegap sigap cakap-cukupnya wanita pembicara dan semangatnya,” tulis Kiai Syuja’, yang murid langsung Kiai Dahlan, tentang maksud mengundang tokoh komunis itu.

Tak lama berselang, Kiai Dahlan juga menerima permintaan dua tokoh ISDV, Semaun dan Darsono, untuk berpidato di rapat terbuka Muhammadiyah.

Berbeda dengan rapat Muhammadiyah yang biasanya diawali doa, kali ini langsung dengan ketukan palu sebagai tanda acara telah dibuka. “Semaoen dalam pidatonya menerangkan di sekitar sama rata sama rasa, yang di atas diturunkan, yang di bawah dijunjung,” cerita Syuja’.

Acara kemudian ditutup setelah 1 jam 45 menit, dua tokoh komunis itu berpidato. “….ideologi ISDV remeh, yang kotor saja dapat laku dijual kepada manusia…. Apalagi agama Islam yang datang dari Allah dengan wahyu yang amat suci…” demikian ringkas Syuja’ tentang “mengambil” sisi positif dari pergaulan dengan tokoh PKI.

Pantas saja, Haedar Nashir dalam buku "Muhammadiyah Gerakan Pembaruan" menyebut figur Kiai Dahlan diakui ketokohannya oleh kawan-kawannya dari golongan lain. 

Alimin, tokoh Komunis yang juga sering berdialog dengan Kyai Dahlan, memberikan kesaksian: “K.H. Achmad Dachlan: orangnja djudjur dan saleh. Hidupnja sederhana dan tidak sombong, begitu pula tidak suka mentjela. Saja kenal sedjak mudanja”.

K.R.H. Hadjid, murid dan sahabat Kiai Dahlan, dalam buku kesaksiannya "Falsafah Ajaran K. H. Ahmad Dahlan" menggambarkan sosok pendiri Muhammadiyah sebagai berikut.

"Kyai Ahmad Dahlan di samping mempunyai sifat dzakak cerdas akalnya untuk memahami kitab yang sukar, beliau mempunyai maziyah atau keistimewaan dalam khauf atau rasa takut terhadap naba al-adhim (kabar bahaya besar), yang tersebut dalam Alquran surat An-Naba, sehingga nampak dalam kata-katanya, pelajaran yang diberikan dan nasehat-nasehat serta wejangan-wejangannya."

"Pada akhir usianya, ketika beliau sakit nampak dalam sifat raja, yaitu mengharap-harap rahmat Tuhan. Seumpama para ulama digambarkan sebagai tentara dan kitab-kitab yang tersimpan dalam perpustakaan-perpustakaan, toko-toko kitab digambarkan sebagai senjata-senjata yang tersimpan dalam gudang: maka Kyai Haji Ahmad Dahlan seperti salah satu tentara yang tahu memperggunakan bermacam-macam senjata menurut mestinya. Sehingga ilmu Kyai Ahmad Dahlan itu mendapat berkah dari Allah SWT, berguna bagi umat Islam Indonesia dan Perkumpulan Muhammadiyah yang didirikannya yang maksudnya untuk patuh mengikuti jejak Nabi Besar Muhammad SAW, mendapat karunia dan dapat hidup dengan suburnya."


 

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement