Haniyeh menjadi wajah tegas dari diplomasi internasional kelompok Palestina tersebut ketika perang berkecamuk di Gaza, tempat tiga putranya - Hazem, Amir dan Mohammad - dan empat cucunya tewas dalam serangan udara Israel pada bulan April.
Setidaknya 60 anggota keluarga besarnya juga tewas dalam perang Gaza.
"Darah anak-anak saya tidak lebih berharga daripada darah anak-anak rakyat Palestina. Semua martir Palestina adalah anak-anak saya," katanya setelah kematian mereka.
"Melalui darah para martir dan rasa sakit dari mereka yang terluka, kita menciptakan harapan, kita menciptakan masa depan, kita menciptakan kemerdekaan dan kebebasan bagi rakyat kita," katanya.
"Kita katakan kepada pendudukan bahwa darah ini hanya akan membuat kita lebih teguh dalam prinsip dan keterikatan kita pada tanah kita."
(Erha Aprili Ramadhoni)