JAKARTA - Hasil survei Jaringan Nusantara (Jarinusa) Research and Consulting merilis adanya persaingan ketat antara pasangan Herman Deru - Cik Ujang (HDCU) dengan Heri Amalindo - Popo Ali (HAPAL) di Pilgub Sumatera Selatan (Sumsel). Pilkada serentak 2024 dijadwalkan akan dilaksanakan pada 27 November 2024.
Berdasarkan data survei yang dirilis Jarinusa Research and Consulting pasangan HDCU memperoleh suara tertinggi yakni, 35,1 persen. Sementara, pasangan HAPAL memperoleh suara yang berbeda tipis yakni, 33,9 persen. Sedangkan, pasangan Mawardi Yahya - Anita (MATAHATI) 25,7 persen.
Adapun, responden yang tidak menjawab atau tidak tahu sebesar 5,3 persen. Survei tersebut dilaksanakan pada periode 3-10 Agustus 2024. Pengamat politik Jarinusa, Vrita Kusumaningtias menyebut ada persaingan ketat antara pasangan HDCU dengan HAPAL.
"Hasil survei terbaru ini cukup mengagetkan, karena pasangan Heri Amalindo - Popo Ali memepet elekatbilitas Herman Deru selaku petahana. Hal ini mungkin tidak terlepas dari sosialisasi yang intens dilakukan pasangan ini kepada masyarakat selama ini," kata Vrita, Rabu (14/8/2024).
Vrita menduga tingginya elektabilitas Heri Amalindo - Popo Ali berkat dari gagasan pasangan ini terkait sekolah gratis dan pengobatan gratis. Hal ini menurutnya, yang sering disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga bisa menarik simpati masyarakat.
“Gagasan Heri Amalindo tentang sekolah dan pengobatan gratis ini yang mungkin menaikkan elektabilitasnya semakin baik. Sebab juga di berbagai daerah, persoalan pendidikan dan kesehatan ini selalu menjadi masalah dan menjadi PR pemerintah daerah,” jelas Vrita.
Namun, lanjut Vrita, pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih relatif lama. Sehingga, bakal ada kemungkinan untuk pasangan HDCU dengan HAPAL menaikkan elektabitas masing-masing.
“Kita tahu, pendaftaran ke KPU dimulai tanggal 27 Agustus, tentu masih besar peluangnya bagi Heri Amalindo menaikkan elekatbilitasnya. Bisa jadi saat mendekati pendaftaran ke KPU, bisa menyalip pasangan petahana Herman Deru - Cik Ujang. Semua masih bisa terjadi. Politik itu dinamis,” tutupnya.
Untuk diketahui, metodologi survei menggunakan multistage random sampling. Dalam survei ini, jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang yang merupakan warga Sumsel yang telah memiliki hak pilih atau sudah berusia minimal 17 tahun saat wawancara berlangsung.
Responden terpilih diwawancarai secara tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
(Fakhrizal Fakhri )