Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cerita Pasar Monyet Eks Lokalisasi di Palabuhanratu Sukabumi yang Berujung Dibakar Warga

Ilham Nugraha , Jurnalis-Kamis, 15 Agustus 2024 |14:38 WIB
Cerita Pasar Monyet Eks Lokalisasi di Palabuhanratu Sukabumi yang Berujung Dibakar Warga
Eks lokalisasi Pasar Monyet. (Foto: Ilham Nugraha)
A
A
A

SUKABUMI - Di balik pesona wisata Pantai Selatan Sukabumi, terdapat kisah menarik dan kontroversial mengenai sebuah tempat yang dikenal sebagai Pasar Monyet di Palabuhanratu. Meskipun nama ini terdengar aneh, namun lokalisasi prostitusi ini memiliki sejarah panjang sejak pertama kali muncul pada tahun 1985.

Pasar Monyet, yang awalnya berada di Kampung Karangnaya, Desa/Kecamatan Cikakak, dulunya adalah area yang dihuni oleh banyak monyet, yang hidup di tegal dan semak belukar. Namun, seiring waktu, wilayah ini mulai berubah ketika warung-warung mulai berdiri, dan kehidupan malam mulai menjamur.

"Pertama yang ngewarung di Karangnaya teh umi pada tahun 1981, bermodal Rp18 ribu. Dulu dikenalnya itu tegal monyet atau tempat diamnya monyet. Setelah itu berdiri warung lain yang jual minum (beralkohol)," ungkap Umi Isah (63), seorang warga setempat, Kamis (15/8/2024). 

Warung-warung yang mulai muncul ini menjadi tempat menjual minuman keras, dan dengan cepat menjadi pusat aktivitas malam yang semakin ramai. Meskipun bangunan-bangunan awalnya sangat sederhana, dengan atap dari rumbia dan tanpa listrik, para pengunjung tetap berdatangan, mencari hiburan yang hanya diterangi lampu patromak.

"Dulu enggak mewah, enggak ada listrik. Remang-remang, cuma pakai atap kirai sama tenda. Pake lampu yang pake kaca, rame warung-warung, dan jadilah warung pasar monyet tahun 1985," kenang Umi Isah.

Seiring dengan popularitasnya, Pasar Monyet menjadi terkenal sebagai lokalisasi tempat prostitusi. Para pengunjung yang datang dari berbagai daerah bisa menemukan perempuan malam yang siap menemani mereka. Bahkan, karena minimnya fasilitas, banyak dari mereka hanya menggunakan tikar di semak-semak untuk melakukan hubungan layaknya suami istri.

Namun, ketenaran Pasar Monyet juga membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Pada tahun 1999, setelah bertahun-tahun menjadi pusat prostitusi, area tersebut diobrak-abrik dan dibakar oleh sejumlah orang yang tidak ingin kampung mereka dicemari oleh aktivitas tersebut.

"Tahun 1999 ada pembakaran oleh sejumlah orang yang tidak mau kampung ini dikotori pengunjung. Setelah itu, pemerintah setempat membangun area tersebut dan mengubahnya menjadi warung kopi, bukan lagi warung minuman keras," jelas Umi Isah.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement