Persahabatan itu telah terjalin sejak Bung Karno kuliah di THS (sekarang ITB) Bandung. Namun, setiba di rumah keluarga Rahim, Bung Karno disambut dampratan dari Ny. Rahim. Sebuah dampratan antarteman, karena Bung Karno datang bertamu tidak kenal waktu.
Untuk mereda dampratan tadi, Bung Karno memeluk Ny. Rahim. Ia pun mengutarakan niatnya.
“Saya datang untuk melamar.”
Tuan dan Ny. Rahim bertanya serempak.
“Melamar siapa? Untuk siapa?” .
“Melamar Rahmi untuk Hatta,” jawab Sukarno.
Sementara itu, dalam kisah lainnya adik Rahmi yang bernama Titi sempat mempengaruhi kakanya agar menolak lamaran Bung Karno. Alasan, usia Hatta jauh lebih tua dibandingkan Rahmi.
Namun, berkat “rayuan” Bung Karno, akhirnya Rahmi menerima pinangan tadi. Bung Karno meminta Rahmi melihat Fatmawati yang juga berbeda usia cukup jauh dengan Bung Karno. Namun, mereka bahagia.
Hatta dan Rahmi pun resmi menikah di Megamendung pada 18 November 1945. Pernikahan itu hanya disaksikan keluarga besar Rahim, keluarga besar Bung Karno, dan Fatmawati.
Dari pernikahan itu, putri pertama mereka, Meutia Farida, lahir di Yogyakarta 21 Maret 1947.
Nama Meutia datang dari neneknya yang asli Aceh. Sementara Farida diambil dari nama permaisuri Raja Farouk dari Mesir yang cantik jelita. Setelah itu, disusul kelahiran putri keduanya, Gemala, dan putri ketiga Halida Nuriah.
(Khafid Mardiyansyah)