Hendrik menuturkan, para pelaku ini mendapatkan BBM pertalite dari masyarakat yang dibeli secara eceran melalui jerigen. Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, para pelaku mengaku telah melakukan pengoplosan BBM selama 1 tahun terakhir.
"Para pelaku dibayar sekitar Rp200 ribu setiap sekali kegiatan oplos oleh bosnya," sambungnya.
Kasat melanjutkan, pihaknya saat ini masih melakukan pengejaran terhadap bos kedua pelaku berinisial L.
"ES dan BL ini berperan sebagai pekerja yang menyedot minyak pertalite menggunakan mesin pompa alkon dengan minyak cong dari tempu, lalu dicampur ke dalam mobil tangki dan diberi bubuk pewarna agar terlihat seperti pertamax," jelasnya.
Adapun modus operandi para pelaku yakni memindahkan BBM pertalite dari tempu ke mobil tangki.
(Awaludin)