Terjemahan piagam Kota Kapur oleh Kern, di mana terdapat nama Sriwijaya, dan terjemahan karya I-ts'ing, di mana terdapat transkripsi Tionghoa Shih-li-fo-shih, memungkinkan Coedès untuk menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama negara di Sumatra Selatan, yang ditranskripkan ke dalam tulisan Tionghoa Shih-li-fo-shih.
Beal pada tahun 1886 telah mengemukakan pendapatnya, bahwa negara Shih-li-fo-shih terletak di tepi sungai Musi dekat kota Palembang. Namun, pada pertengahan kedua abad ke-19 itu, nama Sriwijaya belum dikenal.
Kerajaan itu masih disebut dengan nama Tionghoa yang tidak diketahui nama aslinya. Meskipun anggapan itu boleh dipandang sebagai penemuan ilmiah yang asli, namun karena kepincangan tersebut masih kabur sekali.
Bagaimanapun, harus diakui bahwa ilmu sejarah Sriwijaya adalah penemuan Coedès dan lahir dari kecerdasannya dalam menggunakan hasil penyelidikan sarjana-sarjana lainnya. Penemuan Coedès ini mendapat sambutan yang hebat dalam ilmu pengetahuan sejarah, terutama dalam sejarah Asia Tenggara.
Lokasi Kerajaan Sriwijaya kala itu memang cukup ideal dalam pelayaran perdagangan antar negara. Tercatat pedagang-pedagang dari Jawa, India, Arab, dan Tiongkok lalu lalang di kawasan wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.