Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

2 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Trauma dan Kesedihan Masih Menyelimuti Keluarga Korban

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 02 Oktober 2024 |04:01 WIB
2 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Trauma dan Kesedihan Masih Menyelimuti Keluarga Korban
Keluarga Tragedi Kanjuruhan (Foto: Avirista M/Okezone)
A
A
A

MALANG - Rasa sedih dan trauma masih menyelimuti sejumlah keluarga korban pada peringatan dua tahun Tragedi Kanjuruhan Malang. Hal ini terlihat saat prosesi doa bersama oleh ribuan masyarakat di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Doa bersama dilakukan di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Selasa (1/10/2024). Sejumlah keluarga korban tragedi Kanjuruhan terlihat di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Presidium Aremania, aliansi BEM Malang raya, dan kepolisian turut dalam doa bersama.

Tangis kesedihan masih mewarnai prosesi doa bersama setelah dua tahun Tragedi Kanjuruhan berlalu. Suasana gerimis hujan kian membawa bayang-bayang tragedi paling memilukan di sejarah persepakbolaan Indonesia itu.

Cholifatul Nur, salah satu keluarga korban tragedi Kanjuruhan menuturkan, peringatan 2 tahun Tragedi Kanjuruhan menjadikan momen keluarga korban bersilaturahmi. Apalagi, ada beberapa keluarga korban yang datang darı luar Malang, menyempatkan diri berdoa bagi anggota keluarganya yang tiada.

"Dari luar kota juga datang, ini tadi ada rombongan dari Blitar, sebelum acara doa bersama, mereka takut terlalu sore, karena busnya itu sewa, akhirnya pulang. Dari luar kota sama darı dalam kota juga ada," kata Cholifatul Nur, pada Senin malam (30/9/2024) usai doa bersama.

Selama dua tahun ini, Ifa sapaan akrabnya, juga mengaku masih trauma melihat sepakbola. Ia pun begitu membenci sepakbola, sehingga pengakuannya nyaris dua tahun ini tak pernah lagi melihat sepakbola dan Arema.

"Dua tahun ini mungkin masih ada rasa trauma ketika mencoba melihat sepak bola, itu dari pribadi masing-masing kita sendiri, tapi kita harus berdiri tegak," terangnya.

Sejauh ini selama dua tahun ia bersama keluarga korban lainnya sama-sama saling menguatkan. Beberapa kegiatan seperti arisan, doa bersama, hingga saling sharing, menjadi ajang untuk trauma healing, serta saling menguatkan antar keluarga korban.

"Keluarga korban semakin lama semakin kompak, doa bersama, maupun arisan rutinan masih solid. Kita harus berdiri tegak, kita harus kuat demi anak-anak kita, dan kita harus tetap maju, untuk mencari keadilan. Jadi ini trauma healing-nya itu dari kita sendiri, itu kita saling menguatkan, saling sharing gitu," ucap ibu darı almarhum Jovan Farellino, dari Bululawang, Kabupaten Malang.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement