Sementara Kakawin Bharatayuddha yang merupakan peninggalan sejarah Kediri, merupakan ubahan Mpu Sedah seorang pujangga termashyur di Kediri. Atas perintah Jayabaya Kitab Bharatayuddha digubahnya ke dalam bahasa Jawa kuni atas perintah, pada tahun 1157 Masehi. Kemudian itu diteruskan oleh Mpu Panuluh yang menyimbolkan kemenangan Jayabaya atas Jenggala, yang disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Kurawa dalam Kakawin Bharatayuddha.
Selain concern kepada kesastraan, Jayabaya juga dikenal para penduduknya sebagai raja yang mementingkan rakyatnya. Saat itu pertanian, peternakan, dan perdagangan di masyarakat Kediri begitu maju pesat. Bahkan sang Raja Jayabaya sendiri menaruh perhatian khusus agar tiga sektor utama ini terus berjalan. Disebutkan pula penduduk Kediri ada yang memelihara ulat sutra dan kapas, yang nantinya dua bahan ini akan dipintal menjadi kain sutra, yang menjadi komoditas sangat mahal kala itu.
Soal keamanan, Jayabaya tak main-main. Kendati tak ada hukuman badan di masa pemerintahannya, kondisi keamanan rakyatnya terjamin. Bagaimana tidak, orang yang bersalah didenda keharusan membayar emas. Sementara pencuri dan perampok yang bersalah langsung dihukum mati. Hal ini menjadikan hampir di Kerajaan Kediri tak ada yang berani melakukan perampokan.