Uang itu, kata dia, juga digunakan untuk membangun rumah ikan. Dia bersyukur, hutan mangrove yang semakin lebat justru membuat ekosistemnya semakin baik. “Ini kami masih ada sisa uang lagi, kami belikan perahu kecil, kami beli alat tangkap ikan,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengolahan Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa Gula Nipah, Rudi menceritakan dahulunya Desa Pasar Rawa merupakan wilayah yang luas dan kaya dengan mangrove.
"Dahulu desa kami sangat kaya akan mangrove, dan kini dibabat habis menjadi sawit. Masyarakat pun menjadi kehilangan mata pencaharian, kami bingung sehingga harus bertahan hidup, perjuangan kami sulit. Kami memotong kayu dipenjara bertahun-tahun, tetapi mereka pengusaha-pengusaha malah menebang dan dijadikan lahan sawit," tegas Rudi.
Menurutnya, warga secara bersama-sama menanam mangrove bekas-bekas hutan, dengan menjaga agar tidak abrasi. "Kami hampir prustasi menjaga dan menanam hutan," pungkasnya.
Diketahui, KTH dan LPHD masuk dalam program M4CR, yang bertujuan untuk merehabilitasi ribuan hektar mangrove. Lokasinya berada di empat provinsi, yaitu di Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Langkah ini dilakukan demi memperkuat ketahanan pesisir, mengurangi emisi karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain berfokus pada pemulihan ekosistem mangrove, M4CR juga mendorong pemberdayaan ekonomi lokal melalui berbagai program berkelanjutan yang melibatkan masyarakat, mulai dari ekowisata, produksi kuliner lokal dan pelatihan pengelolaan sumber daya alam.
(Puteranegara Batubara)