Penyerangan-penyerangan pasukan Padri pada pos-pos maupun benteng-benteng Belanda masih terus dilakukan, seperti penyerangan benteng Belanda di Amerongen oleh Tuanku Tambusai pada pertengahan Januari 1833, serta penyerangan pos Belanda di Guguk Sigandang oleh Tuanku Daimasiang pada akhir Mei 1833, penyerangan benteng Belanda di Pantar pada tanggal 22 November 1833 dan benteng Belanda di Amerongen lagi pada tanggal 21 Oktober 1833.
Pada akhir tahun 1834, Belanda baru dapat memusatkan kekuatannya untuk menyerang Bonjol, setelah jalan-jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai dikuasai oleh Belanda. Pada akhir September 1834 pasukan Belanda menyiapkan pasukan besar untuk mulai menyerang Bonjol.
Dilihat dari gerakan-gerakan militer yang dilakukan Belanda mulai tahun 1835 tampak jelas bahwa kekuatan militernya sebagian besar dikerahkan untuk meruntuhkan kekuatan kaum Padri di Bonjol. Untuk tujuan ini, daerah-daerah sekitar Bonjol dicoba untuk dikuasainya.
Hal ini tampak misalnya dalam persiapan mereka untuk beroperasi ke daerah Alahan Panjang, dengan mengerahkan pasukan yang cukup besar. Bonjol didekati dari beberapa jurusan. Pada tanggal 21 April 1835 dua kelompok pasukan Belanda telah menyerang pertahanan kaum Padri di sekitar.
(Arief Setyadi )