BELANDA memperbesar konfrontasi ke pejuang-pejuang di Sumatera Barat dengan mengerahkan tentara tambahan dari Batavia. Tak cuma mengerahkan pasukan tambahan taktik lain dicoba Belanda dengan mempengaruhi Tuanku nan Cerdik untuk membocorkan kekuatan markas Kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Tuanku nan Cerdik yang diangkat Belanda jadi Raja Bicara, ternyata menang efektif untuk meredam perlawanan dari Kaum Padri. Padahal sebelumnya, Tuanku nan Cerdik memang juga sama-sama menentang Belanda dan turut berperang melawan kompeni ini.
Bocoran dari Tuanku nan Cerdik ini membuat markas Kaum Padri di pesisir - pesisir pantai tersembunyi diketahui oleh Belanda. Belanda akhirnya mengirimkan pasukan untuk menyerang markas - markas Kaum Padri di pantai, sebagaimana dikisahkan pada buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia".
Pengiriman pasukan itu juga disebut untuk menghalang - halangi kemungkinan gerakan pasukan Padri Bonjol tersebut. Belanda lalu mengambil jalan lewat Tiku, Manggopoh, Bevervoorde sampai di Lubuk Ambalu dan mendirikan kubu di situ. Oleh karena itu, Belanda segera mengirimkan pasukan untuk menghalang-halangi pergerakan pasukan kaum Padri dari luar markas untuk membantu.
Sementara itu, pertempuran yang terjadi di sekitar jurang antara Mantua dan Agam pada tanggal 10 September 1833 membawa kekalahan pada pihak kaum Padri, meskipun mereka dapat menewaskan beberapa serdadu Belanda, di antaranya seorang letnan kolonel. Beberapa distrik dan seluruh daerah VIII Kota telah jatuh ke tangan Belanda.