Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Taktik Licik Belanda Tumbangkan Perlawanan Imam Bonjol dan Pasukan Padri

Avirista Midaada , Jurnalis-Jum'at, 07 Februari 2025 |08:26 WIB
Taktik Licik Belanda Tumbangkan Perlawanan Imam Bonjol dan Pasukan Padri
Ilustrasi Tuanku Imam Bonjol (Foto: Ist)
A
A
A

BELANDA memperbesar konfrontasi ke pejuang-pejuang di Sumatera Barat dengan mengerahkan tentara tambahan dari Batavia. Tak cuma mengerahkan pasukan tambahan taktik lain dicoba Belanda dengan mempengaruhi Tuanku nan Cerdik untuk membocorkan kekuatan markas Kaum Padri di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. 

Tuanku nan Cerdik yang diangkat Belanda jadi Raja Bicara, ternyata menang efektif untuk meredam perlawanan dari Kaum Padri. Padahal sebelumnya, Tuanku nan Cerdik memang juga sama-sama menentang Belanda dan turut berperang melawan kompeni ini.

Bocoran dari Tuanku nan Cerdik ini membuat markas Kaum Padri di pesisir - pesisir pantai tersembunyi diketahui oleh Belanda. Belanda akhirnya mengirimkan pasukan untuk menyerang markas - markas Kaum Padri di pantai, sebagaimana dikisahkan pada buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia".

Pengiriman pasukan itu juga disebut untuk menghalang - halangi kemungkinan gerakan pasukan Padri Bonjol tersebut. Belanda lalu mengambil jalan lewat Tiku, Manggopoh, Bevervoorde sampai di Lubuk Ambalu dan mendirikan kubu di situ. Oleh karena itu, Belanda segera mengirimkan pasukan untuk menghalang-halangi pergerakan pasukan kaum Padri dari luar markas untuk membantu. 

Sementara itu, pertempuran yang terjadi di sekitar jurang antara Mantua dan Agam pada tanggal 10 September 1833 membawa kekalahan pada pihak kaum Padri, meskipun mereka dapat menewaskan beberapa serdadu Belanda, di antaranya seorang letnan kolonel. Beberapa distrik dan seluruh daerah VIII Kota telah jatuh ke tangan Belanda. 

 

Penyerangan-penyerangan pasukan Padri pada pos-pos maupun benteng-benteng Belanda masih terus dilakukan, seperti penyerangan benteng Belanda di Amerongen oleh Tuanku Tambusai pada pertengahan Januari 1833, serta penyerangan pos Belanda di Guguk Sigandang oleh Tuanku Daimasiang pada akhir Mei 1833, penyerangan benteng Belanda di Pantar pada tanggal 22 November 1833 dan benteng Belanda di Amerongen lagi pada tanggal 21 Oktober 1833.

Pada akhir tahun 1834, Belanda baru dapat memusatkan kekuatannya untuk menyerang Bonjol, setelah jalan-jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai dikuasai oleh Belanda. Pada akhir September 1834 pasukan Belanda menyiapkan pasukan besar untuk mulai menyerang Bonjol. 

Dilihat dari gerakan-gerakan militer yang dilakukan Belanda mulai tahun 1835 tampak jelas bahwa kekuatan militernya sebagian besar dikerahkan untuk meruntuhkan kekuatan kaum Padri di Bonjol. Untuk tujuan ini, daerah-daerah sekitar Bonjol dicoba untuk dikuasainya. 

Hal ini tampak misalnya dalam persiapan mereka untuk beroperasi ke daerah Alahan Panjang, dengan mengerahkan pasukan yang cukup besar. Bonjol didekati dari beberapa jurusan. Pada tanggal 21 April 1835 dua kelompok pasukan Belanda telah menyerang pertahanan kaum Padri di sekitar.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement