"Saya melihat pistol itu keluar dari jendela, (tembakan) diarahkan ke arah kerumunan (ayahnya). Pada saat saya melihat mobil Brio dibawa lagi dan mobil Sigra kabur, saya baru berani keluar, saya lihat pak Ramli sudah terkapar," bebernya.
"Awalnya saya lihat pak Ramli, lalu ada yang teriak di dalam Indomaret, ada yang kena tembak di dalam katanya. Dalam hari saya berkata 'Ya Allah jangan sampai keluarga saya tertembak', setelah itu saya melihat almarhum ayah sata sudah terkapar dengan memegang dadanya, pas depan tengah dada dengan (merintih kesakitan) Aah.. Aah seperti itu," ungkap Agam lagi.
Dia tak menyangka ayahnya bakal ditembak oleh terdakwa, yang mana ayahnya kala itu hanya sedang mempertahankan haknya saja.
"Saya tak menyangka. Tega sekali orang-orang dengan sengaja menghabisi dengan menembak. Anak mana yang kuat melihat ayahnya ditembak. Kenapa setega itu, padahal ayah saya hanya mempertahankan haknya saja," papar Agam sambil menangis.
Dalam persidangan, Terdakwa I Kelasi Kepala (KLK) Bambang Apri Atmojo membantah keterangan Agam jika dia melakukan penembakan sambil memegang rokok dan menghisapnya. Rokok itu tak dihisapnya dan sejatinya terbawa secara tak sengaja dari dalam mobil karena panik.