Peraturan baru Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, yang dirancang untuk melindungi hak-hak wisatawan dan mencegah eksploitasi, tampak seperti langkah yang nekat. Langkah-langkah ini, termasuk pengawasan yang lebih ketat terhadap agen perjalanan dan pengungkapan biaya wajib, mungkin terlalu sedikit dan terlambat untuk memperbaiki reputasi industri yang ternoda.
Lebih jauh lagi, pemerintah China menggelontorkan sumber daya untuk kampanye pemasaran guna menyelamatkan citra destinasi wisata yang ternoda seperti Sanya. Kampanye "Temukan Kembali China” merupakan upaya putus asa untuk menonjolkan keindahan budaya dan alam sambil menutupi masalah eksploitasi. Proyeksi peningkatan pendapatan sebesar 5 persen pada akhir tahun 2025 tampaknya terlalu optimistis mengingat kondisi industri saat ini.
Industri pariwisata China dirundung berbagai tantangan, termasuk kesulitan ekonomi dan eksploitasi wisatawan yang merajalela. Sanya, yang dulunya merupakan destinasi utama, kini mengalami reputasi yang sangat ternoda.
Tanpa reformasi yang drastis dan respon cepat dari pemerintah, prospek pemulihan industri dinilai akan suram.
(Rahman Asmardika)