JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejek Lesotho, sebuah negara di Afrika selatan, sebagai ‘negara yang tidak pernah didengar oleh siapapun’, memicu reaksi dan kontroversi. Komentar meremehkan itu disampaikan Trump saat berpidato membela langkah pemotongan anggaran bantuan luar negerinya di Kongres pada Selasa, (4/3/2025) malam.
“Delapan juta dolar untuk mempromosikan LGBTQI+ di negara Afrika Lesotho, yang belum pernah didengar oleh siapa pun,” kata Trump saat itu, sebagaimana dilansir Associated Press.
Pidato Trump itu mendapat kritik dari Menteri Luar Negeri Lesotho, Lejone Mpotjoane, yang mengatakan bahwa “sangat mengejutkan bagi kepala negara untuk membuat pernyataan seperti itu."
"Pemerintah Amerika Serikat memiliki kedutaan besar di Maseru (ibu kota Lesotho)," kata Mpotjoane pada Rabu, (5/3/2025). Mpotjoane menambahkan bahwa kedua negara telah memiliki "kerja sama yang panjang" dan turut mengundang Trump untuk mengunjungi negara itu.
Berikut beberapa fakta tentang Lesotho, negara berjuluk ‘Kerajaan di Langit’, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.
Lesotho merupakan protektorat Inggris hingga tahun 1966, saat negara ini memperoleh kemerdekaan. Negara ini berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa dan merupakan monarki konstitusional
Negara ini kaya akan permata, beberapa permata terbesar di dunia pernah ditemukan ditambang di sana. Meskipun kaya akan berlian, Lesotho adalah negara miskin dan ekonominya sangat bergantung pada Afrika Selatan . Negara ini menjual sumber daya alam utama lainnya yaitu air, ke negara tetangganya yang lebih besar.
Lesotho memiliki gaya pakaian tradisional yang unik, selimut wol berwarna-warni dan berpola rumit, yang dikenal sebagai selimut Basotho, dikenakan oleh sebagian orang sebagai selendang . Ada juga gaya khusus topi kerucut jerami yang dikenakan oleh sebagian orang di Lesotho yang disebut "mokorotlo." Topi ini muncul pada bendera negara tersebut.