Tunggul Ametung tewas pada pemberontakan yang dilakukan oleh Ken Arok. Pemberontakan ini dilakukan saat sang penguasa Tumapel, sebuah akuwu atau wilayah bawahan dari Kerajaan Kediri saat itu.
Tunggul Ametung Ametung tewas di kamarnya saat tengah mabuk minuman keras (miras) akibat tikaman keris buatan Mpu Gandring. Ken Arok berhasil meminjam nama Kebo Ijo yang membuatnya dijatuhi hukuman.
Hal ini membuat Kebo Ijo turut diseret dalam peradilan pembunuhan ke sang penguasa Tumapel. Tak hanya Kebo Ijo saja, pendeta Balakangka yang turut menjadi aktor dibalik pembunuhan Tunggul Ametung turut dijatuhi hukuman. Keduanya menjadi korban strategi cerdik dari Ken Arok.
Pada peradilan hukuman ke Kebo Ijo dan Balakangka itu juga Lohgawe, pendeta lain yang juga guru Ken Arok turut hadir. Ken Dedes yang sudah menjadi istri Ken Arok pasca penggulingan Tunggul Ametung, juga turut menyambut Lohgawe yang juga rekan sesama pendeta ayahnya Mpu Purwa.
Baru saja sampai di pendopo, tempat Ken Arok dan Ken Dedes memutuskan untuk menjatuhkan hukuman pada Kebo Ijo, Balakangka dan para tamtama, pendeta Balakangka langsung menunjukkan jari runcingnya kepada Lohgawe.