Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Perdebatan Dua Pemuka Agama dan Kecerdikan Ken Arok Bunuh Penguasa Tumapel

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 11 Maret 2025 |08:30 WIB
Perdebatan Dua Pemuka Agama dan Kecerdikan Ken Arok Bunuh Penguasa Tumapel
Ilustrasi
A
A
A

Sebagaimana dikutip dari buku "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", Balakangka mengatakan ke Lohgawe bahwa gurunya Ken Arok itulah yang sesungguhnya menjadi biang kerok runtuhnya Tumapel, dan terbunuhnya Tunggul Ametung. Namun tuduhan dan hujatan Balakangka ini tidak dihiraukan oleh Lohgawe. 

Di tengah-tengah massa itu, Lohgawe justru memberikan pernyataan bahwa peristiwa yang terjadi di Tumapel ini tidak ada hubungannya dengan Kediri. Rakyat Tumapel-lah yang berjasa melahirkan perubahan di negerinya sendiri. Bahkan rakyat Tumapel, kata Lohgawe, tidak pernah berhutang apapun terhadap Kediri. Pernyataan Lohgawe ini jelas sangat subversif terhadap Kediri. 

Pernyataan Lohgawe itu mengandung konsekuensi bahwa urusan Tumapel akan diselesaikan oleh masyarakat sendiri, tidak ada urusannya dengan Kediri. Namun, pernyataan Lohgawe itu langsung dibalas oleh Balakangka yang menyatakan, bahwa Tumapel merupakan bagian dari Kediri, karenanya harus tunduk dan hormat pada Kediri. 

Menjawab pernyataan Balakangka itu, Lohgawe menjawab bahwa Tumapel memang bagian dari Kediri, tetapi Tumapel menolak untuk mengakui penjahat yang diangkat sebagai wakilnya. Begitu pula dalam hal agama. 

Tumapel, kata Lohgawe, mempunyai agama sendiri yang tidak harus sama dengan Kediri. Pidato Lohgawe berlanjut. Ia menegaskan bahwa rakyat Tumapel berhak hadir ke Pakuwuan ini untuk melihat tewasnya Tunggul Ametung, orang yang dulunya menindas dan memperbudak mereka.
 

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement