Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Video Viral China Ancam Pasar Brand Merek Mewah Barat, Gucci Hingga LV Terdampak

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 09 Mei 2025 |12:51 WIB
Video Viral China Ancam Pasar Brand Merek Mewah Barat, Gucci Hingga LV Terdampak
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
A
A
A

JAKARTA - Beberapa pabrik China dan para pekerjanya baru-baru ini mengunggah sejumlah video daring yang mengklaim bahwa 80 persen merek mewah global dikembangkan di China dengan label “Made in Italy” dan “Made in France.”

Dilansir Financial Post, Jumat, (8/5/2025), pabrik China dituduh telah menyalahgunakan platform media sosial untuk menciptakan keraguan di benak pembeli global mengenai keaslian merek mewah seperti Gucci, Prada, Louis Vuitton (LV), Hermes, dan lain-lain, dan dengan melakukan hal itu, China diam-diam telah menghancurkan pasar merek mewah.

Misalnya, seperti pada beberapa video oleh pengguna TikTok ‘senbags2’, seorang pekerja China mengklaim bahwa mereka adalah Original Equipment Manufacturer (OEM) tas tangan mewah dari Gucci, Prada, dan Louis Vuitton sembari membanggakan keahlian dan rantai pasokannya.

Banyak video pendek ‘menyesatkan’ semacam itu beredar di media sosial sebagai bagian dari strategi China untuk melawan tarif 145 persen yang diberlakukan Amerika Serikat, dan pada saat yang sama menciptakan kekacauan di pasar merek mewah.

Harga yang Lebih Murah

Perusahaan Hermes membuat produknya di Prancis dan memiliki konsumen kelas atas yang menyukai barang-barang buatan tangan berkualitas tinggi. Kini, konsumen ini berbondong-bondong mendatangi aplikasi e-commerce China untuk membeli produk yang sama dengan harga jauh lebih murah, di mana harga sesungguhnya mencapai ribuan dolar.

Para pekerja China mengklaim dalam video tersebut bahwa karena upah tenaga kerja di Prancis tinggi dan biaya keseluruhan tas Hermes, termasuk kulit, rantai, pemasangan benang, dan peminyakan, memerlukan terlalu banyak investasi sehingga harganya menjadi terlalu mahal.

Oleh karena itu, para pekerja China mengklaim bahwa mereka dapat menjual tas dengan kualitas sama dan bahan yang sama dengan harga jauh lebih murah, karena harga selangit itu sebenarnya untuk pemberian logo merek tersebut.

Namun, kenyataannya adalah bahwa tas tangan yang diklaim oleh China sebagai asli itu hanyalah turunan dari produk Hermes asli. Hermes mengatakan bahwa kulit untuk produknya didapatkan dari tiga pemasok papan atas – Nuti dari Italia, Weinheimer dari Jerman, dan Haas dari Prancis.

 

Benang yang digunakan untuk merajut tas ini disebut Fil au Chinoise dari Prancis dan rantai logamnya juga berkualitas tinggi, yang membuat tas ini menonjol di pasar global dan pemasaran merek menjadikannya premium. Namun, video viral China menyerang merek-merek mewah tersebut dengan mengklaim bahwa mereka adalah produsen asli dan dapat menawarkan produk yang sama dengan harga "terjangkau.”

Perang Dagang

Video-video dari China ini menarik banyak perhatian daring dengan mengklaim bahwa produk buatan China dapat menyaingi merek-merek Barat papan atas dan sejumlah websites yang menjual tiruan China ini juga mendapatkan banyak lalu lintas.

Website DHgate asal China telah mengamankan posisi nomor dua di Amerika dengan menjual produk-produk turunan China dari merek-merek mewah asli yang tidak hanya mencakup tas tangan dan aksesori kulit lainnya, tetapi juga pakaian dan sepatu. Tidak hanya ada di TikTok, video-video ini juga beredar di platform China lainnya seperti Weibo dan Rednote yang memicu perang dagang dengan merek-merek Eropa.

Meme viral Presiden Amerika Donald Trump yang sedang menjahit topi MAGA (Make America Great Again) di pabrik China sekali lagi menjadi contoh konten yang menyerang Amerika Serikat (AS).

Namun, tarif AS dapat menutup pabrik-pabrik China ini dengan melambungnya biaya pengiriman dan harga bahan-bahan utama. Kementerian Perdagangan China tengah mencari dialog dengan mitra-mitranya di AS untuk mencabut kembali tarifnya dan terlibat dalam diskusi-diskusi bermakna.

Sebelumnya, pemerintahan Trump telah mencekik rantai pasokan China dengan mengenakan tarif 145 persen, yang menurut catatan merupakan tarif tertinggi untuk barang-barang konsumen dan impor fashion, sementara ada pengecualian untuk barang-barang elektronik tertentu. Langkah tersebut dipuji oleh para ahli sebagai tindakan berani yang akan menghidupkan kembali biaya produksi Amerika.

Tarif Balasan China

Perusahaan-perusahaan AS sekarang tidak akan terlalu bergantung pada jaringan rantai pasokan dan manufaktur China, dan setelah beberapa kendala akan menemukan posisi mereka sendiri di pasar global.

China memiliki ekonomi yang goyah dan semakin terguncang oleh diplomasi Gedung Putih. Negeri Tirai Bambu berusaha keras untuk mempertahankan kapalnya yang tenggelam agar tetap mengapung dengan menjual produk-produk duplikat di pasar-pasar lokal; tetapi secara global industri manufakturnya telah terpukul.

 

Meski demikian, ada dampak pada industri merek mewah, di mana terjadi penurunan nyata sebesar 2 persen dalam angka penjualan tahun 2024, dengan kontribusi China turun dari 50 persen menjadi hanya 12 persen dari penjualan global.

China masih menggunakan pendekatan balas dendam dengan mengenakan tarif balasannya sendiri pada barang-barang AS. Akan tetapi, merek-merek mewah global telah menyadari bahwa seiring meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China, mereka perlu menilai ulang strategi untuk memenangkan kembali kepercayaan konsumen dan membangun status yang tidak terpengaruh oleh pencemaran nama baik daring yang berasal dari China.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement