Di sini, dari pakwwan berubah menjadi pakwan, dalam bahasa Sunda akhirnya menjadi pakuan. Pengertian yang dapat ditarik dari kata Pakwan Pajajaran adalah "keraton yang berjajar" (de aan rijen staande hoven). Sebagai komentar, Poerbatjaraka menambahkan, bagaimanapun, "keraton yang berjajar" juga lebih tepat untuk nama ibukota kerajaan daripada barisan tumbuhan paku sebagaimana pendapat Holle.
Sementara itu, Karel Frederik Holle, seorang pemilik perkebunan Belanda di Garut dan pemerhati budaya Sunda kala itu, menyebutkan bahwa nama Pakuan Pajajaran berasal dari tumbuhan paku yang berjajar yang tumbuh.
Tumbuhan paku yang dimaksud adalah paku haji atau bernama latihan Cycas rumphii. Guna menguatkan pendapatnya, Holle menunjukkan keberadaan sebuah sungai kecil, Cipaku, yang mengalir lewat daerah Batutulis, bekas pusat kota Pajajaran.
Ilmuwan Belanda Gerret Pieter Rouffaer membedakan dan memisahkan kata Pakuan dan Pajajaran, yang masing-masing disebutnya diberi makna simbolis. Raja zaman dahulu kerap dipandang sebagai pusat alam/dunia/jagat
Jadi, disimbolkan oleh Rouffaer Pakuan, menurutnya berarti kota sebagai pengokoh kehidupan di dunia, ibarat pakunya dunia, pakunya alam. Pakuan pun bisa berarti "kota Paku" (seperti Holle), walaupun sebenarnya lebih tepat diartikan "kota Pusať" atau "ibukota", yaitu kota tempat kedudukan Pakunir Jagat (Pakunya Alam) atau raja.
(Angkasa Yudhistira)