Salah satu kekhasan Shalat Idul Adha versi Naqsyabandiyah adalah khutbah yang disampaikan dalam bahasa Arab.
"Kalau khutbah pakai bahasa Indonesia, itu ceramah namanya. Shalat pakai bahasa Arab, khutbah juga harus Arab," jelas Buya Zahar.
Dalam pelaksanaan khutbah, khatib juga membawa tongkat, yang menurut Buya Zahar memiliki makna simbolis.
"Tongkat itu pegangan. Dalam hidup ini hanya satu pegangan: Allah. Tidak boleh ada dua," katanya.
Setelah khutbah, jamaah berbondong-bondong mengejar salaman dengan khatib, yang diyakini sebagai tradisi baik.
"Salaman dengan khatib itu baik. Tandanya tahun depan insyaAllah akan lebih baik dari tahun ini," ucap Buya Zahar.
Meskipun Shalat Idul Adha telah dilakukan hari ini, pemotongan hewan kurban oleh jamaah Naqsyabandiyah baru akan dilakukan pada Sabtu 7 Juni 2025.
"Pengikut aliran Syekh Tahib semuanya sepakat. Kurban nanti hari Sabtu," pungkasnya.
(Awaludin)