Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Analisis Badan Geologi soal Tanah Bergerak di Purwakarta, Terjadi saat Curah Hujan di Atas Normal

Agus Warsudi , Jurnalis-Sabtu, 21 Juni 2025 |01:03 WIB
Analisis Badan Geologi soal Tanah Bergerak di Purwakarta, Terjadi saat Curah Hujan di Atas Normal
Analisis Badan Geologi soal Tanah Bergerak di Purwakarta, Terjadi saat Curah Hujan di Atas Normal (Foto : Istimewa)
A
A
A

Itu ditunjukkan dengan rembesan air di bidang kontak tersebut. Seiring berjalan waktu, akumulasi air membuat tekanan pori meningkat dan berkurangnya daya ikat endapan vulkanik tua.

Serpih yang berinteraksi dengan air menjadi plastis dan melunak sehingga berpengaruh terhadap kestabilan lereng dari endapan vulkanik tua di atasnya.

Kemiringan lereng curam membuat material bergerak menuruni lereng, membentuk nendatan yang ditandai retakan, amblesan dan lendutan di kaki lereng akibat terdorong oleh material di atasnya.

Tanah bergerak ini akan terus berulang saat akumulasi air tanah mencapai tingkat kejenuhan tertentu, terutama saat curah hujan meningkat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, kejadian tanah bergerak di Kampung Cigintung, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat, sebagai berikut:

1. Gerakan tanah tipe nendatan dengan bidang gelincir melengkung (rotational).

2. Gerakan tanah dapat berkembang ke arah mahkota (baratdaya) dan ke arah kaki longsoran.

3. Tol Cipularang di sebelah barat lokasi bencana relatif aman dari ancaman tanah bergerak di Kampung Cigintung.

4. Lokasi bencana masuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah Tinggi. Gerakan tanah pada wilayah ini masih berpotensi terjadi kembali.

Rekomendasi Teknis

Sebagai langkah mitigasi gerakan tanah di Kampung Cigintung, Badan Geologi merekomendasikan 11 hal yang perlu dilakukan:

1. Rumah terdampak sudah tidak aman untuk diperbaiki dan dihuni kembali sehingga harus direlokasi menjauh dari zona gerakan tanah.

2. Zona gerakan tanah dapat dimanfaatkan menjadi lahan hijau berupa hutan, kebun atau pertanian kering.

3. Pembuatan kolam atau lahan basah di zona gerakan tanah harus dihindari untuk mengurangi saturasi berlebih di area tersebut.

4. Aktivitas bertani sawah di sekitar kaki longsoran masih dapat dilakukan dengan tetap mewaspadai perkembangan gerakan tanah. Hindari beraktivitas bercocok tanam saat curah hujan meningkat.

5. Hindari pembuatan tempat beristirahat pada sawah dari kaki longsoran ke arah timur laut karena menjadi jalur material longsoran.

6. Pelihara vegetasi di zona tanah bergerak dan sekitarnya terutama vegetasi berakar kuat dan dalam untuk menjaga kestabilan lereng.

7. Jalan desa yang terputus agar dialihkan menghindari zona gerakan tanah.

8. Dilakukan pembatasan kendaran yang memiliki tonase melebihi klas jalan yang melewati jalan di atas gawir mahkota longsoran.

9. Pembuatan jalur alternatif perlu direncanakan mengingat jalan desa saat ini berada pada daerah terancam tanah bergerak.

10. Tingkatkan kewaspadaan terutama saat dan setelah turun hujan serta pantau secara berkala perkembangan gerakan tanah. Jika retakan semakin meluas dan melebar, segera laporkan ke pihak berwenang.

11. Tingkatan kapasitas warga dan perangkat desa, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana gerakan tanah.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement