IRAN dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim Syiah. Namun, perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks telah membentuk identitas agama negara ini. Artikel ini akan membahas secara mendalam faktor-faktor yang menjadikan Syiah sebagai agama mayoritas di Iran, berdasarkan kajian sejarah, politik, dan sosial.
Iran, yang dulu dikenal sebagai Persia, awalnya didominasi oleh penganut Islam Sunni. Setelah penaklukan Muslim atas Persia pada abad ke-7, Islam menjadi agama resmi di negara ini. Selama sembilan abad berikutnya, mayoritas penduduk Iran menganut mazhab Sunni, hingga Dinasti Safawi berdiri pada awal abad ke-16.
Pada masa pemerintahan Shah Ismail I, Dinasti Safawi menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi negara. Langkah ini diambil untuk membedakan Iran dari kekuatan Sunni di sekitarnya, seperti Kesultanan Ottoman, sekaligus membangun identitas nasional yang kuat berbasis Syiah.
Pemaksaan oleh Dinasti Safawi membentuk identitas nasional baru. Mereka berusaha menciptakan lingkungan demografis di mana Syiah menjadi mayoritas. Proses ini diperkuat setelah Revolusi Islam 1979, saat pemerintahan berbasis Syiah secara resmi berdiri. “Revolusi Iran 1979 menandai titik balik penting dalam sejarah Syiah di Iran, membawa terbentuknya pemerintahan Islam Syiah,” dikutip dari Encyclopedia Britannica: History of Iran.
Fakta dan Data Saat Ini
Saat ini, lebih dari 90% penduduk Iran beragama Islam, dan mayoritas di antaranya menganut Syiah. Sunni di Iran umumnya berasal dari etnis minoritas, seperti Kurdi, Arab, Balochi, dan Turki. “Shi’a Islam has become not only the majority religion but also the foundation of Iran’s political and legal system,” menurut Making Politics Simple, sebuah kanal internasional yang mengulas politik dan keagamaan di Iran.
Meskipun Syiah menjadi agama mayoritas, Iran juga memiliki komunitas agama minoritas yang diakui secara resmi. Menurut konstitusi, agama-agama seperti Kristen, Yahudi, dan Zoroastrianisme diakui dan memiliki perwakilan di parlemen. Namun, penganut agama-agama ini tetap minoritas dan tidak mempengaruhi dominasi Syiah di negara ini.
(Fetra Hariandja)