Kendati demikian, Mercy meminta Pemerintah untuk meminta maaf atas tragedi kekerasa seksual masa lampau. Apalagi, ia menegaskan, tragedi itu telah terjadi dan memakan korban banyak.
"Kami sangat berharap permintaan maaf. Karena korban benar-benar terjadi," terang Mercy.
Mercy memberikan dokumen hasil temuan tragedi pemerkosaan massal masa lampau ke Fadli Zon. Hal itu dilandasi lantaran Komnas Perempuan tidak dapat mempublikasikan karena menyangkut harga, harkat, martabat para korban.
"Maka izinkan saya menyampaikan dokumen ini secara resmi kepada Pak Menteri. Kami berharap agar kalau bisa penulisan sejarah ini memiliki dialektika. Dia akan bercerita dengan caranya tersendiri," tutur Mercy.
Menurutnya, sejarah tanpa ditulis akan memiliki dialektika untuk berbicara bagi rakyat Indonesia. Untuk itu, hentikan proyek penulisan ulang sejarah.
"Kami percaya ya Pak, daripada diteruskan dan berpolemik, mendingan dihentikan. Kalau Bapak mau teruskan, ada banyak yang terluka di sini," ujar Mercy.
"Kalau memilih-memilih saja mana yang ditulis dan mana yang tidak ditulis, ada banyak kekelaman-kekelaman yang ada di bawah permukaan yang tidak bisa kami ungkapkan satu persatu," pungkasnya.
(Fetra Hariandja)