JAKARTA – Para pemimpin Thailand dan Kamboja pada Senin (28/7/2025) akan menghadiri perundingan mediasi terkait konflik perbatasan yang telah memakan korban jiwa. Perundingan tersebut akan digelar di Malaysia di tengah ketegangan yang masih berlangsung, dengan kedua belah pihak saling menuduh melancarkan serangan di wilayah yang disengketakan.
Perundingan tersebut dijadwalkan dimulai pukul 15.00 waktu setempat pada Senin, dengan penjabat Perdana Menteri Phumtham Wechayachai memimpin tim perunding Thailand, demikian diumumkan pemerintah dalam sebuah pernyataan pada Minggu (27/7/2025) malam.
Malaysia, yang memimpin forum kerja sama regional ASEAN, telah memberi tahu pemerintah Thailand bahwa Perdana Menteri Kamboja Hun Manet juga akan menghadiri perundingan tersebut, demikian disampaikan pernyataan tersebut, sebagaimana dilansir Reuters.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja telah meningkat sejak tewasnya seorang tentara Kamboja dalam pertempuran singkat di perbatasan pada akhir Mei. Pasukan perbatasan di kedua belah pihak diperkuat di tengah krisis diplomatik yang membawa pemerintahan koalisi Thailand yang rapuh ke ambang kehancuran.
Permusuhan kembali terjadi pada Kamis (24/7/2025), dan hanya dalam waktu empat hari meningkat menjadi pertempuran terburuk antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut dalam lebih dari satu dekade.
Jumlah korban tewas kini telah meningkat di atas 30 orang, termasuk 13 warga sipil di Thailand dan delapan di Kamboja, sementara pihak berwenang melaporkan lebih dari 200.000 orang telah dievakuasi dari daerah perbatasan.
Perundingan pada Senin terjadi setelah Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pekan lalu mengusulkan gencatan senjata, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada Sabtu, (26/7/2025) bahwa kedua pemimpin telah sepakat untuk mengupayakan gencatan senjata.
Bangkok dan Phnom Penh masing-masing menuduh pihak lain memicu permusuhan pekan lalu.
Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan Thailand telah menembaki dan melancarkan serangan darat pada Minggu pagi di sejumlah titik di sepanjang perbatasan. Juru bicara kementerian mengatakan artileri berat ditembakkan ke kompleks kuil bersejarah.
Militer Thailand mengatakan pasukan Kamboja telah melepaskan tembakan ke beberapa daerah, termasuk di dekat rumah-rumah warga sipil pada hari Minggu, dan sedang memobilisasi peluncur roket jarak jauh.
"Situasi masih tegang dan pasukan Kamboja mungkin sedang mempersiapkan operasi militer intensif untuk menimbulkan kerusakan maksimum pada tahap akhir sebelum negosiasi," kata militer dalam sebuah pernyataan terbaru.
Thailand dan Kamboja telah berselisih selama beberapa dekade mengenai titik-titik yang tidak dibatasi di sepanjang perbatasan darat mereka sepanjang 817 km (508 mil), dengan kepemilikan candi Hindu kuno Ta Moan Thom dan Preah Vihear abad ke-11 menjadi inti perselisihan tersebut.
Preah Vihear diberikan kepada Kamboja oleh Mahkamah Internasional pada tahun 1962, tetapi situasi memburuk pada 2008 setelah Kamboja berupaya mendaftarkannya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pertikaian selama beberapa tahun mengakibatkan setidaknya belasan kematian.
Kamboja mengatakan pada bulan Juni bahwa mereka telah meminta Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan perselisihannya dengan Thailand. Bangkok mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengakui yurisdiksi pengadilan tersebut dan lebih memilih pendekatan bilateral.
(Rahman Asmardika)