MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin siap bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Namun, ada syarat agar pertemuan itu bisa terwujud.
Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu pada Jumat lalu di Alaska untuk pertemuan puncak Rusia-AS pertama dalam lebih dari empat tahun. Keduanya membahas cara mengakhiri perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua tersebut.
Setelah pertemuan puncak di Alaska, Trump mengatakan pada Senin, ia telah mulai mengatur pertemuan antara para pemimpin Rusia dan Ukraina. Ini akan diikuti pertemuan puncak trilateral dengan presiden AS.
"Presiden kami telah berulang kali mengatakan bahwa ia siap untuk bertemu, termasuk dengan Tuan Zelenskiy," kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, melansir Reuters, Jumat (22/8/2025).
Namun, Lavrov menambahkan syarat agar keduanya bisa bertemu.
"Dengan pemahaman semua isu yang memerlukan pertimbangan di tingkat tertinggi akan digarap dengan baik, dan para ahli serta menteri akan menyiapkan rekomendasi yang sesuai.
Tentu saja, dengan pemahaman bahwa ketika dan jika - semoga, ketika - penandatanganan perjanjian di masa mendatang, masalah legitimasi orang yang menandatangani perjanjian ini dari pihak Ukraina akan terselesaikan," kata Lavrov.
Putin telah berulang kali menyuarakan keraguan tentang legitimasi Zelenskiy karena masa jabatannya akan berakhir pada Mei 2024. Namun, karena perang, belum ada pemilihan presiden baru yang diselenggarakan Ukraina. Kyiv mengatakan Zelenskiy tetap menjadi presiden yang sah.
Para pejabat Rusia mengatakan mereka khawatir jika Zelenskiy menandatangani kesepakatan tersebut, calon pemimpin Ukraina dapat menggugatnya dengan alasan bahwa masa jabatan Zelenskiy secara teknis telah berakhir.
Zelenskiy mengatakan minggu ini Kyiv menginginkan "reaksi keras" dari Washington jika Putin tidak bersedia bertemu dengannya secara bilateral.
Para pemimpin Eropa Mereka mengatakan skeptis Putin benar-benar tertarik pada perdamaian. Namun, Putin sedang mencari cara yang kredibel untuk menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai potensial dengan keterlibatan AS yang minimal.
Sementara Lavrov mengatakan baik Ukraina maupun para pemimpin Eropa tidak menginginkan perdamaian. Ia menuduh apa yang disebut "koalisi yang bersedia" - yang mencakup negara-negara besar Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia - mencoba merusak kemajuan yang telah dicapai di Alaska.
"Mereka tidak tertarik pada penyelesaian yang berkelanjutan, adil, dan berjangka panjang," kata Lavrov tentang Ukraina.
Ia mengatakan, Eropa tertarik untuk mencapai kekalahan strategis Rusia.
"Negara-negara Eropa mengikuti Tuan Zelenskiy ke Washington dan mencoba memajukan agenda mereka di sana, yang bertujuan memastikan bahwa jaminan keamanan didasarkan pada logika mengisolasi Rusia," kata Lavrov, merujuk pada pertemuan Trump, Zelenskiy, dan para pemimpin negara-negara besar Eropa di Gedung Putih pada hari Senin.
Lavrov mengatakan opsi terbaik untuk jaminan keamanan bagi Ukraina akan didasarkan pada diskusi yang berlangsung antara Moskow dan Kyiv di Istanbul pada 2022.
Berdasarkan draf dokumen, Ukraina diminta untuk menyetujui netralitas permanen dengan imbalan jaminan keamanan internasional dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat.
(Erha Aprili Ramadhoni)