Nanik menjelaskan, dugaan keracunan bisa dipengaruhi banyak faktor, mulai dari bahan makanan, proses penyajian, hingga kondisi kesehatan anak yang sudah kurang fit sejak dari rumah.
“Ini yang perlu kami dalami supaya tidak menjadi isu liar,” ujarnya.
Sebelumnya, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melaporkan sedikitnya 5.360 anak di berbagai daerah mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG. JPPI bahkan menduga jumlah sebenarnya lebih besar, khususnya di wilayah yang belum tersorot publik.
“Kalau kejadian ini hanya sekali, mungkin bisa disebut kesalahan teknis. Tetapi bila ribuan anak menjadi korban di banyak tempat, ini jelas kesalahan sistemik dan bukti kegagalan tata kelola yang dikoordinasikan BGN,” demikian keterangan resmi JPPI.
(Awaludin)