JAKARTA – Majelis Rendah Parlemen Madagaskar pada Selasa (14/10/2025) memberikan suara untuk memakzulkan Presiden Andry Rajoelina yang telah melarikan diri ke luar negeri setelah bentrok dengan demonstran yang dipimpin oleh pemuda dan militer.
Keputusan Majelis Nasional, dengan 130 suara setuju berbanding satu suara kosong, muncul beberapa jam setelah Rajoelina yang berusia 51 tahun itu berupaya membubarkan Majelis Nasional melalui sebuah dekrit, yang semakin memperdalam krisis politik di negara kepulauan tersebut.
Demonstrasi bermula pada 25 September akibat kelangkaan air dan listrik, dan dengan cepat berkembang menjadi pemberontakan atas berbagai keluhan yang lebih luas, termasuk korupsi, buruknya tata kelola pemerintahan, dan minimnya layanan dasar.
Kemarahan ini mencerminkan protes serupa terhadap elit penguasa di negara lain, seperti Nepal dan Maroko.
Pada Selasa, di Lapangan 13 May, Antananarivo, ribuan pengunjuk rasa berbaris, menari, bernyanyi, dan mengibarkan spanduk yang mengecam Rajoelina sebagai antek Prancis. Rajoelina diketahui memiliki kewarganegaraan ganda Prancis dan mendapat dukungan dari mantan penjajah Madagaskar tersebut.
Banyak pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Malagasi serta spanduk protes khas Gen Z yang menampilkan tengkorak dan tulang bersilang, terinspirasi dari serial anime Jepang "One Piece".
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa menegaskan bahwa tatanan konstitusional harus dijaga dan meskipun Prancis memahami keluhan para pemuda, mereka tidak boleh dieksploitasi kelompok militer.
Rajoelina semakin terisolasi setelah kehilangan dukungan unit elit CAPSAT, yang membantunya merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2009. Unit ini bergabung dengan para pengunjuk rasa akhir pekan lalu, menolak menembaki demonstran dan menjaga keamanan di alun-alun utama Antananarivo.
CAPSAT kemudian mengambil alih kendali militer dan menunjuk panglima militer baru, yang kemudian memicu peringatan dari Rajoelina pada Minggu (12/10/2025) terkait upaya perebutan kekuasaan.
Paramiliter gendarmerie dan polisi juga telah membelot dari presiden.
Madagaskar, dengan usia rata-rata penduduk kurang dari 20 tahun, memiliki populasi sekitar 30 juta jiwa, dimana tiga perempatnya hidup dalam kemiskinan. Produk domestik bruto (PDB) per kapita turun 45% sejak kemerdekaan pada 1960 hingga 2020, menurut Bank Dunia.
(Rahman Asmardika)