KAIRO – Gencatan senjata di Gaza dihadapkan pada ujian paling serius setelah serangan yang menewaskan dua tentara Israel. Militer Israel menyatakan gencatan senjata telah dilanjutkan setelah gelombang serangan udara balasan yang menewaskan 26 orang di Gaza.
Menurut warga setempat dan otoritas kesehatan, serangan Israel tersebut menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk minimal satu wanita dan satu anak-anak.
Militer Israel melancarkan serangan terhadap target Hamas di seluruh Gaza, termasuk komandan lapangan, pria bersenjata, terowongan, dan gudang senjata. Serangan ini dilakukan setelah militan menembakkan rudal anti-tank dan menyerang pasukannya hingga menewaskan dua prajurit.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan telah memerintahkan militer untuk menanggapi dengan keras apa yang ia sebut sebagai pelanggaran gencatan senjata oleh Hamas.
Setidaknya satu serangan udara Israel dilaporkan menghantam bekas sekolah yang digunakan sebagai tempat berlindung bagi para pengungsi di daerah Nuseirat.
Awalnya, Israel mengumumkan penghentian pasokan bantuan ke Gaza sebagai respons atas apa yang mereka sebut pelanggaran "mencolok" gencatan senjata oleh Hamas. Tekanan dari Amerika Serikat membuat Israel membuka kembali bantuan ke wilayah kantong tersebut hari ini.
Sayap bersenjata Hamas menyatakan tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata. Mereka juga mengaku tidak mengetahui adanya bentrokan di Rafah dan belum melakukan kontak dengan kelompok-kelompok di sana sejak Maret.
Sementara itu, utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, dan menantunya, Jared Kushner, diperkirakan akan tiba di Israel hari ini.
Ketakutan akan runtuhnya gencatan senjata mendorong sejumlah warga Palestina bergegas membeli kebutuhan dari pasar utama di Nuseirat. Banyak keluarga di Khan Younis juga melarikan diri dari rumah mereka setelah serangan udara udara menghantam daerah dekat permukiman.
Insiden serangan balasan ini serupa dengan respons keras Israel di masa lalu terhadap pelanggaran gencatan senjata yang melibatkan sekutu Hamas, Hizbullah, pada akhir 2024.
(Fetra Hariandja)