JAKARTA — Kementerian Kebudayaan menggelar Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon bertindak sebagai inspektur upacara dalam kesempatan ini atas nama pemerintah membacakan pidato resmi Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dengan tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu.”
Upacara yang dihadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan, pelajar, perwakilan generasi muda dari berbagai daerah, keluarga pejuang Sumpah Pemuda, dan tokoh masyarakat ini menjadi momentum untuk meneguhkan kembali semangat persatuan yang diwariskan para pemuda sejah 1928.
Kehadiran mereka menjadi bentuk penghormatan terhadap para pemuda pendahulu yang telah menyalakan api persatuan bangsa hampir satu abad silam.
Dalam pidato yang dibacakan, Menteri Pemuda dan Olahraga mengingatkan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus terus menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman.
“Hari ini kita berdiri di bawah langit merah putih yang sama dengan para pemuda 1928. Mereka tidak banyak bicara, mereka berani, mereka bersumpah, dan menepatinya dengan darah dan nyawa,” ucap Fadli Zon dalam pidatonya.
Pidato tersebut juga menegaskan bahwa perjuangan pemuda masa kini adalah perjuangan untuk menguasai ilmu pengetahuan, memperkuat kejujuran, dan menjaga integritas sebagai kekuatan utama bangsa.
“Kita hidup di zaman yang berat, dunia bergerak cepat. Namun kita tidak boleh takut, karena di setiap kampung dan kota masih ada anak muda Indonesia yang jujur, tangguh, dan berani. Mereka adalah kekuatan bangsa ini,” katanya.
Tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” menggambarkan semangat kolaborasi lintas generasi untuk menjaga keutuhan bangsa sekaligus memperkuat komitmen bersama membangun Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera.
Fadli Zon dalam keterangan kepada awak media usai upacara berlangsung, menegaskan bahwa Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang relevan sepanjang masa, karena menjadi fondasi utama persatuan bangsa.
“Selamat Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2025. Hari ini kita memperingati momentum bersatunya para pemuda dari seluruh Indonesia untuk satu bangsa, satu Tanah Air, dan satu bahasa,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa Sumpah Pemuda lahir dari semangat kebersamaan dan kesadaran nasional yang kuat, meski para penggagasnya berasal dari latar belakang berbeda. “Mereka sadar bahwa hanya dengan bersatu, kita bisa melawan penjajahan. Semangat itu masih sangat relevan bagi kita hari ini,” tuturnya.
Dirinya juga menyoroti tantangan bangsa masa kini yang lebih kompleks dibanding masa perjuangan dahulu. “Kalau dulu kita menghadapi kolonialisme, sekarang tantangannya adalah bagaimana memajukan bangsa setelah merdeka—melawan kemiskinan, kebodohan, stunting, dan membangun kemandirian pangan dan energi. Di bidang kebudayaan, tantangan kita adalah memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia, sesuai amanat konstitusi,” katanya.
Selain itu, Menteri Kebudayaan juga menekankan pentingnya bahasa Indonesia sebagai perekat kebangsaan. “Kita memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, tetapi bahasa Indonesia menyatukan kita semua. Bahasa ini adalah jembatan yang merajut perbedaan menjadi kekuatan,” katanya.
Upacara turut dihadiri oleh jajaran Kementerian Kebudayaan di antaranya Wakil Menteri Kebudayaan, H. Giring Ganesha Djumaryo; Sekretaris Jenderal, Bambang Wibawarta; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; serta Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra.
Hadir pula Inspektur Jenderal, Fryda Lucyana; Staf Khusus Menteri Bidang Media Komunikasi Publik, Muhammad Asrian Mirza; Staf Khusus Menteri Bidang Hak Kekayaan Intelektual, B.R.A. Putri Woelan Sari Dewi; serta Kepala Museum dan Cagar Budaya, Abi Kusno.
Menutup keterangannya, Fadli berharap nilai-nilai perjuangan Sumpah Pemuda terus hidup di hati generasi muda, khususnya menjelang 100 tahun Sumpah Pemuda pada 2028.
“Nilai-nilai persatuan, semangat juang, dan kecintaan kepada tanah air harus kita rawat bersama. Hanya dengan bersatu kita bisa mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat,” ucapnya.
(Agustina Wulandari )