Kebijakan itu telah memberi efek berantai dan mulai direplikasi kota-kota lain di Indonesia hingga Asia Pasifik. Integrasi BRT, LRT, MRT, elektrifikasi bus pengumpan, serta layanan first-last mile dinilai menjadi landasan sistem mobilitas rendah karbon.
Ia menekankan bahwa pembangunan fisik harus dibarengi perubahan gaya hidup masyarakat. Digitalisasi transportasi, termasuk ride-sharing dan ride-hailing, disebut menjadi pendorong efisiensi dan inklusivitas mobilitas perkotaan.
“Indonesia telah memulai langkah konkret menuju pembangunan kota yang tangguh dan berkelanjutan. Transformasi ini tidak hanya soal teknologi, tetapi juga perubahan perilaku menuju net-zero carbon,” tegas Sultan.
(Fahmi Firdaus )