Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Radio Indonesia: Dari Suara Menjadi Kekuatan Ekonomi Kreatif

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 18 November 2025 |16:35 WIB
Radio Indonesia: Dari Suara Menjadi Kekuatan Ekonomi Kreatif
Radio Indonesia: Dari Suara Menjadi Kekuatan Ekonomi Kreatif (Foto: Dok)
A
A
A

JAKARTA — Industri radio Indonesia tengah memasuki babak baru. Di tengah gempuran platform digital global seperti Meta, Google, dan TikTok, radio membuktikan diri sebagai media lokal yang masih dipercaya dan memiliki potensi ekonomi kreatif besar.

Hal tersebut ditegaskan dalam Radio Summit 2025 yang digelar di Jakarta dengan tema “Radio is not just a vibe, it’s a business.”

Forum ini dihadiri Ketua KPI Pusat Ubaidillah, Ketua KPI DKI Jakarta Rizky Wahyuni, Direktur TV dan Radio Ekraf Pupung Thariq F, COO WPP Media Amir Suherlan, para pelaku industri radio dari berbagai daerah di Indonesia, pengiklan, akademisi, dan regulator. 

Forum ini menegaskan kembali bahwa radio bukan sekadar hiburan, tetapi bisnis strategis yang berdaya saing tinggi.

“Radio Indonesia harus menjadi penggerak konten lokal, suara budaya, dan wadah bisnis kreatif,” ujar Harley Prayudha, Presiden Forum Diskusi Radio (FDR) lewat siaran persnya.

Menurut data Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), jumlah pendengar radio di 10 kota besar Indonesia masih mencapai 16 juta orang, dengan total belanja iklan sekitar Rp750 miliar per tahun. Fakta ini menegaskan bahwa radio tetap menjadi media terpercaya dengan daya jangkau kuat, terutama dalam konteks lokal, serta tetap relevan dalam lanskap ekonomi kreatif nasional.

Posisi media radio di mata pemerintah juga ditegaskan Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif RI, Agustini Rahayu. Ia menyampaikan sejak Kementerian Ekonomi Kreatif berdiri sebagai entitas mandiri di bawah Pemerintahan Prabowo–Gibran, sektor radio berada dalam lingkup Deputi Bidang Kreativitas Media, tepatnya Direktorat TV dan Radio. 

Hal ini mencerminkan perhatian pemerintah terhadap pentingnya eksistensi radio, sekaligus komitmen untuk mendukung keberlangsungan bisnis penyiaran di Indonesia.

FDR dan PRSSNI: Sinergi untuk Masa Depan

FDR dan PRSSNI menjadi dua kekuatan utama yang saling melengkapi. PRSSNI, asosiasi resmi yang berdiri sejak 1974, menaungi 546 stasiun radio di 153 kota di seluruh Indonesia. Sementara itu, FDR merupakan wadah independen bagi para insan radio untuk bertukar gagasan dan inovasi.

Vicky Irawan, Ketua PRSSNI DKI Jakarta sekaligus Ketua Panitia Radio Summit 2025, menyampaikan kolaborasi antara media radio, pemerintah, dan pengiklan sangat penting dan krusial. Fokus utama kolaborasi tersebut meliputi:

1. Transformasi digital radio, termasuk pengembangan streaming, konten multiplatform, dan integrasi teknologi AI.  

2. Monetisasi dan efisiensi operasional melalui strategi baru iklan, sponsorship, dan kolaborasi brand.  

3. Pengembangan SDM kreatif melalui workshop, mentoring, dan forum diskusi lintas wilayah.

Melalui kolaborasi kuat antara FDR dan PRSSNI, industri radio bergerak menuju transformasi digital, inovasi konten, serta pengembangan sumber daya kreatif. 
Ketiganya menjadi fondasi penting untuk menjadikan radio sebagai pilar ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

FDR atau Forum Diskusi Radio didirikan pada 2007. FDR merupakan komunitas nasional yang mewadahi insan radio dari berbagai wilayah Indonesia untuk berbagi ide, pengalaman, dan inovasi. Hingga 2025, FDR telah menyelenggarakan 18 pertemuan nasional.

Sementara PRSSNI atau Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia merupakan asosiasi resmi yang menaungi 546 stasiun radio swasta di lebih dari 150 kota di Indonesia. Berdiri sejak 17 Desember 1974, PRSSNI berperan aktif memperkuat industri radio melalui advokasi, kolaborasi, dan inovasi.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement