Lebih jauh, Menbud menerangkan bahwa tradisi Islam dapat menjadi modal besar bagi ekosistem budaya nasional.
“Jadi ke depannya, seni Islam atau islamic arts ini juga menjadi bagian yang sangat penting. Dan kita harapkan, Aceh bisa menjadi pionir di dalam mengembangkan dan memajukan seni islami, baik itu dalam bidang seni pertunjukan, seni musik, tradisi, dan seni rupa maupun seni lainnya,” ujarnya.
Selaras dengan pernyataan Menbud, Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal menegaskan bahwa identitas budaya yang melekat pada Aceh tidak bisa dipisahkan dengan agama, nilai dan kreativitas.
“Festival GAYAIN 2025 hadir sebagai wadah pelestarian budaya, yang menghidupkan kembali tradisi seperti syair, tari, musik etnik, dan berbagai seni lisan yang menjadi warisan leluhur kita,” ucapnya.
Festival Gerakan Kebudayaan Indonesia (GAYAIN) Aceh 2025 merupakan festival kebudayaan yang berlangsung pada 24-26 November 2025 di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Terdapat sejumlah penampilan yang menyemarakkan acara, seperti musikalisasi puisi, tari tradisional, pembacaan Sajak Nusantara, dan penampilan Garapan Ansamble Musik Etnik Kolaborasi.
Para pegiat budaya dan seniman yang turut memeriahkan acara, yakni Sanggar Saleum, Sanggar Cit Ka Geunta, Sanggar Pinto Khop, grup musik Sukamosa, HNS, grup Teater Rongsokan, Harmoni of Banda Aceh, Orang Hutan Squad, Pupha Ethanica, Bengkel Musik Batas & Friends, Apache, hingga Cut Zuhra.